Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Tuesday, 5 February 2008

Minat dan Bakat berkembang seiring pertumbuhanku

Aku dibesarkan dari keluarga yang mendidik dengan penuh kasih sayang. Seiring waktu berlalu, usiaku menginjak masa kanak-kanak. Pada masa itu kuhabiskan untuk bermain dan berhayal setinggi-tingginya, kelak dewasa aku memilih menjadi apa dan apa yang harus kulakukan. Aku masih bingung mau jadi apa, menyaksikan superhiro di TV ingin rasanya seperti itu, melihat pasukan tentara berbaris rapi seolah-olah aku ikut berbaris bersama mereka. Setiap tayangan di TV seperti program kesayangan anak-anak (mis: tokoh kartun merangsang imajinasiku)eksperimen para ilmuan/saintis di laboratoriumnya serasa ingin mencoba prakteknya, atraksi pesulap keliling di desaku membuatku tertarik untuk melakukan hal serupa. Jadi segala implus (rangsangan) dari luar malah mengispirasi aku untuk tertarik belajar apa saja.
Ada cerita lucu dan haru tentang pengalamanku. Seingatku sewaktu itu aku masih kanak-kanak usia prasekolah. Ini adalah puncak efek kebiasaanku yang selalu ingin mencoba sesuatu yang bisa kutiru dan mengasyikan. Di pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB. Aku dan Along (sebutan untuk kakak tertua) asyik bermain-main di dalam rumah kami yang berlantai kayu. Biasanya, Ibuku sibuk memasak di dapur dan menghidangkan cemilan untuk kami. Saat itu kami kegirangan sebab kami mencium aroma sedap kacang rebus. Kami merayu Ibu agar memberikannya kepada kami. “Sebentar-sebentar…,ini lagi Ibu angkat”, Secara perlahan Ibu memindahkan kacang rebus dari kuali (wajan) ke bareng (mangkok plastik size besar ). Air liurku menetes tanpa kusadari (kadang seperti untaian benang yang jatuh ke lantai) inilah kebiasaanku saat itu. Ini menunjukan aku tidak sabar ingin melumat cemilan yang satu ini. Setelah kacang rebus di hadapan kami, tanpa ragu kami pun memakannya. Sambil menikmati cemilan ini, aku dan along asyik bercerita. Sampai pada giliranku menceritakan atraksi pesulap di TV yang mengagumkan para penonton di panggung termasuk diriku selaku penonton setia di rumah. Along tanpa serius mendengar ceritaku, apalagi aku meyakinkan along bahwa akupun bisa sulap. Entah dari mana aku belajar, tanpa ragu kumasukan sebutir biji kacang rebus ke dalam lubang hidungku sebelah kanan lalu kusentak (sedot) keras sehingga biji kacang masuk ke bagian dalam rongga hidungku. Along tedercak kagum dan melongo heran. “Weii…, adekku hebat bisa sulap”. Mendengar ucapan itu aku merasa bangga.
Tiga hari kemudian, aku merasa hidungku tersumbat sesuatu. Aku kesulitan bernapas. Ibuku panik melihatku, segera menghampiriku, mencium bau hidungku yang busuk ia seakan tau dan bertanya kepadaku. “Ada apa di dalam hidungmu nak”?!..., cepat katakan !..ada apa?!...(nada panik). Ia memaksaku untuk berkata jujur. “ku…,ke..kemasukan kacang bu..”(nada setengah takut dan terdengar sengau/mendengung akibat sumbatan biji kacang). Dugaanku meleset, Ibuku tidak memarahiku. Ia malah panik sendiri. Sungguh beruntung punya Ibu yang sangat sayang kepada anaknya.
Spontan Ibu memberitahukan kejadian ini ke ayahku. Sore harinya, Aku dipangkuan Ibu dan Ayah membonceng kami dengan sepeda ontel (sepeda keluaran tahun 60-an) pergi menjumpai nenek yang dikenal menyimpan air rendaman gigi badak. Menurut kesaksian orang kampungku air tesebut sangat mujarab menyembuhkan segala penyakit. Sepeda yang dikayuh ayah tampak berhenti perlahan tepat di depan sebuah rumah tua yang terbuat dari kayu beratapkan daun nipah.
Setelah air itu dibawa pulang, Ibuku dengan sabar memoleskan air itu ke batang hidungku. Hal itu Ibu lakukan setiap hari. Beberapa minggu kemudian, tepatnya dipagi hari Ibu menyuruhku mengendus-enduskan hidungku (seperti membuang ingus). Berulang kali kucoba, pada sentakan kesekian kalinya biji kacang dari rongga hidungku terlempar ke lantai. “Syukurlah nak…, wah, biji kacangnya hampir tumbuh” kata Ibuku sambil memegang biji kacang yang tampak keliatan tunasnya.
______________
Baca Kisahku selengkapnya Namaku Satria , Kelahiranku (Masa Bayi), Bermain Sambil Belajar (Masa Kanak-Kanak) 

0 comments:

Crocodile Print Pointer