Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Saturday, 12 April 2008

Peduli Sosial


Makhluk sosial, demikian sebutan yang lumrah untuk kita sebagai manusia di muka bumi ini. Secara sederhana, manusia sebagai makhluk sosial diartikan bahwa kehidupan manusia tidak akan berlanjut tanpa hubungan dan bantuan sesamanya. Dengan kata lain manusia tidak bisa bertahan hidup secara individu.
Sudah sewajarnya kita saling membantu satu dengan yang lain. Sehingga terwujud suasana kehidupan yang tenteram dan damai.
Manusia memang dibekali oleh Tuhan dengan sifat asal (fitrah) yang mendukung untuk hidup secara bersama. Auguste Comte (1798-1857), Bapak Ilmu Sosiologi menyebutkan bahwa satu di antara insting atau naluri yang dimiliki manusia adalah insting sosial (Social Instincts). Seperti kebutuhan akan kasih sayang kepada sesama, keinginan untuk dihormati dan dihargai, serta kebutuhan untuk hidup bersama.
Semua orang yang masih sadar akan eksistensi hati nuraninya pasti akan tersentuh dengan penderitaan dan kesengsaraan orang lain walaupun bukan saudara atau familinya. Sehingga muncul keinginan untuk membantu meringankan beban orang lain (Syimpathetic reconstruction).
Lebih terasa mulia nilainya baik di hadapan Tuhan maupun sesama, jika bantuan yang diberikan didasari dengan keihlasan/suka rela.
Berbeda dengan seseorang yang lebih suka memilih hidup menyendiri. Ia akan menemukan kesulitan untuk bersosialisasi di masyarakat. Ia akan gamang dengan kegiatan yang biasa dilakukan di masyarakat. Sikap seperti ini kerap terjadi pada mereka yang kurang memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri.
Selain itu, dampak dari hidup menyendiri itu adalah sifat individualisme yang tinggi pada diri seseorang.
Kita tahu sikap individualisme itu sangat merugikan. Merugikan diri sendiri dan orang lain. Dikatakan merugikan diri ibarat bumerang, dengan sikap introvert (menyendiri)nya tersebut ia akan dijauhi dan dikucilkan orang banyak. Ketika ia memerlukan pertolongan orang lain, sulit menemukan orang yang mau menolongnya. Sebab ia kurang dikenal banyak orang alias orang terasing. Merugikan orang lain, karena ia hanya memikirkan pribadinya tanpa peduli dengan permasalahan orang lain. Artinya tidak ada rasa simpati, tenggang rasa, apalagi empati dengan penderitaan orang lain.
Sekarang jawablah dengan jujur!,bisakah seseorang memperjuangkan dirinya sendiri tanpa bantuan siapapun seumur hidupnya ?...
Lain halnya dengan belajar hidup mandiri (uzhlah). Hidup mandiri bukan berarti menjauhi interaksi dengan orang lain. Mandiri merupakan salah satu cara menumbuhkan sikap kedewasaan dan kematangan kepribadian seseorang. Maka dari itu hal tersebut sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang menelusuri jati dirinya. Ia yakin pada kemampuan dirinya. Sehingga muncul kepercayaan diri. Dan kepercayaan diri inilah yang menjadi modal untuk bersosial di masyarakat. Ayo lakukan yang terbaik bagi dirimu dan orang lain di sekitarmu. Selamat berjuang untuk umat.

0 comments:

Crocodile Print Pointer