Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Friday 23 March 2012

Aromaterapi Untuk Sehat & Cantik Secara Alami

oleh Satria Marali pada 19 Februari 2010 pukul 8:51 ·
Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama minyak esensial.

Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik alami. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama minyak esensial.

Tumbuhan aromatik telah dimanfaatkan sejak beribu-ribu tahun yang lalu di berbagai belahan bumi oleh berbagai peradaban manusia. Walaupun saat itu pemahaman tentang mekanisme kerja biokimiawinya belum diketahui, penggunaan berbagai macam tumbuhan untuk kesejahteraan manusia tidaklah terhalang karenanya. Setelah sekian lama tak dipedulikan dan terlupakan, beberapa tahun belakangan ini khasiat tumbuhan aromatik kembali dipercaya.

Aromaterapi menjadi semakin popular karena, berkat kemajuan teknologi, orang telah berhasil menemukan metode yang canggih untuk menguraikan bahan aromatik dari sumbernya. Di negara-negara maju, yang masyarakatnya sudah sadar akan bahaya obat-obatan kimiawi, keinginan untuk kembali ke pengobatan alami telah meningkatkan peran aromaterapi.

Penelitian dan publikasi ilmiah tentang perawatan aromaterapi dengan gencar dilakukan oleh berbagai institusi. Beberapa institusi kedokteran di beberapa negara maju malah sudah memiliki kurikulum perawatan aromaterapi sendiri, yaitu yang dikenal sebagai aromatologi, ilmu yang mempelajari kedokteran aromatik.

Di Inggris, sejak tahun 1990-an, aromaterapi sudah diperkenalkan sebagai salah satu upaya perawatan di beberapa rumah sakit. Selain dunia medis, dunia kecantikan juga telah memulainya lebih dulu dengan menggunakannya dalam perawatan tubuh dan pencegahan penuaan dini.

Aromaterapi dapat membantu mencegah dan mengatasi penyakit dengan cara menjaga sistem daya tahan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima. Aromaterapi sendiri dikenal sebagai suatu tindakan perawatan alami untuk menyembuhkan penyakit secara menyeluruh. Oleh karenanya, pola perawatan ini juga kerap disebut aromaterapi holistik. Kata aroma berarti wangi atau bau yang mengenakkan. Bahan yang tak kasat mata ini dapat ditemukan pada berbagai macam rempah-rempah dan tumbuhan, baik tumbuhan yang dibudidayakan maupun tumbuhan liar yang terdapat di alam.
Bidang ilmu aromaterapi dikenal memiliki tiga lapangan kerja yaitu klinik, estetik, dan holistik.

Aromaterapi klinik hanya dilakukan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan dasar kedokteran dan aromaterapi, dan merupakan kualitas aromaterapi yang paling tinggi. Aromaterapi estetik biasanya digunakan dalam perawatan kecantikan dan untuk menimbulkan efek relaksasi; dapat dilakukan oleh seseorang tanpa pengetahuan kedokteran tetapi mendapatkan pelatihan khusus di bidang aromaterapi dan kedokteran. Aromaterapi holistik merupakan tindakan perawatan atau penyembuhan secara menyeluruh yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan pendidikan aromaterapi khusus.

Sekilas Sejarah Aromaterapi

Aromaterapi bukanlah barang baru. Peradaban kuno sudah mengenal manfaat tumbuhan untuk mengharumkan tubuh, mencegah dan mengobati penyakit, selain dipakai untuk upacara keagamaan. Penggunaan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit sudah dikenal sejak makhluk hidup ada di bumi ini. Manusia selalu tergantung pada nilai gizi tumbuhan.

Zaman Mesir Kuno

Bangsa Mesir kuno dikenal dengan tradisi pengawetan mayatnya yang menggunakan tumbuhan aromatik. Kecantikan dan kosmetik merupakan hal yang sangat penting bagi wanita Mesir, baik dalam kehidupan mereka sehari-hari maupun setelah mereka mati. Kenyataannya, ahli kosmetik pertama adalah seorang ahli pengawet zaman esir kuno yang menggali ilmu untuk mengobati dan merawat kulit.
Minyak aromatik merupakan kunci dasar penggunaan kosmetik. Bangsa Mesir kuno sangat yakin bahwa mandi setiap hari dan melumuri tubuh dengan tumbuhan dapat membuat kulit mereka tetap sehat dan awet muda, selain juga berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar matahari.

Zaman India Kuno

Penggunaan zat pewangi banyak diulas dalam kepustakaan Sansekerta dan bangsa India-kuno menggunakan tumbuhan aromatik untuk berbagai macam kepentingan. Zat pewangi bagi bangsa India berkaitan dengan suatu legenda dan kepercayaan agama. Bangsa ini sangat menyenangi wangi harum kenanga, mawar, dan melati. Pada suatu ekspedisi arkeologi yang dilakukan oleh Paolo Rovesti di lembah Indus, yang sekarang ini dikenal sebagai Pakistan, ditemukan suatu wadah berisi bahan pewangi. Wadah ini diperkirakan berasal dari tahun 3000 SM.

Zaman Romawi & Yunani

Pada abad kelima, Babilonia merupakan pusar perdagangan parfum terutama dalam bentuk dupa untuk pemujaan. Bangsa Yunani mempelajari tumbuhan aromatik dari bangsa Mesir dan mengartikan kata aromata sebagai dupa, pewangi, rempah-rempah, dan obat aromatik.

Bangsa Yunani kuno percaya sekali akan khasiat pengobatan zat pewangi terhadap ruhani mereka, terutama untuk mengobati gangguan emosi dan saraf. Hippocrates yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran, sangat yakin bahwa penggunaan zat pewangi untuk pemijatan setelah mandi setiap hari dapat mempertahankan kebugaran seseorang. Sampai saat ini, prinsip tersebut menjadi anutan aromaterapi.

Bangsa Romawi mempelajari keahlian bangsa Yunani. Mandi merupakan ritual yang sangat penting bagi bangsa Romawi sehingga setiap bak mandi selalu dibubuhi minyak aromatic, yang juga dimanfaatkan untuk perawatan tubuh dan rambut.

Zaman Oriental

Peradaban kuno Cina dan Jepang juga menggunakan bahan pewangi pada upacara keagamaan. Selain itu mereka juga menggunakan tumbuhan sebagai hal yang penting untuk menjaga kesehatan dan perawatan kecantikan. Wanita Cina melakukan pemijatan dengan menggunakan minyak melati setelah mandi. Kepustakaan tentang penggunaan tanaman telah ditulis oleh kaisar Cina Shen Nung (1000-700 SM) dengan judul Pen Tsao, yang artinya Kebesaran Tanaman.
Orang kaya pada zaman dinasti T’ang di abad ketujuh sudah menggunakan zat pewangi, yang terus berlanjut sampai dinasti Ming di abad ketujuhbelas. Pada zaman ini seluruh pakaian, rumah, kuil sampai ke tinta, kertas, dan alat kosmetik menggunakan bahan pewangi. Beberapa kepustakaan menunjukkan bahwa aromaterapi sudah digunakan di daratan Cina sejak 1100 SM, sebagaimana ditulis Hung Chu dalam bukunya Hsian Pu.

Bangsa Jepang menggunakan dupa sebagai perangkat seni, walaupun dupa baru ada di Jepang sekitar 500 SM. Pada abad keempat dan keenam, Jepang mulai membuat dupa baik berupa pasta maupun tepung dari berbagai jenis tumbuhan. Pada saat itu juga didirikan sekolah kodo, yang mengajarkan teknik dan seni pewangian. Murid-muridnya diajari teknik pembakaran dupa untuk acara ritual dan perayaan.

Abad Pertengahan

Penyebaran agama Islam membantu memperluas pengetahuan tentang zat pewangi. Nabi Muhammad s.a.w yang hidup antara abad keenam dan ketujuh menyatakan bahwa Beliau menyukai anak-anak, wanita, dan wangi-wangian. Bahan pewangi kesenangan Nabi Muhammad adalah henna.
Bunga mawar lekat dengan budaya Islam dan air bunga mawar digunakan pada upacara yang berkaitan dengan keagamaan. Sejalan dengan masuknya kebudayaan Barat klasik ke jazirah Arab pada abad ketujuh, ahli kimia bangsa Arab mulai meneliti kandungan tumbuhan seperti yang ditulis oleh Yakub Alkindi (803-870) dalam bukunya Book of Perfume Chemistry and Distillation, yang banyak menguraikan minyak esensial.

Jabir ibnu Hayyan dalam bukunya, Summa Perfectionis Magisterii menguraikan beberapa cara proses pengolahan tumbuhan menjadi minyak esensial. Penemuan teknik dan cara pengobatan dengan tumbuhan secara ilmiah ditemukan oleh Ibnu Sina (980-1037) yang merupakan pelopor dunia kedokteran di dunia Islam. Dalam bukunya, Qanun fi al-tibb (Norma-Norma Pengobatan), Ibnu Sina menerangkan bahwa dalam praktik kedokterannya ia selalu menggunakan minyak esensial untuk pengobatan. Dari seratus buku yang ditulisnya, hampir seluruhnya mengutarakan manfaat bunga mawar. Dunia Arab mulai mengenal aromaterapi pada abad ketigabelas, sesuai dengan tulisan seorang ahli kesehatan Al- Samarqandi yang menguraikan penggunaan unsure-unsur aromatic pada pengobatan, mandi uap, dan kosmetik.

Zaman Renaissance

Pada pertengahan abad ke-16 di daratan Eropa, pembuat bahan pewangi menjadi sangat makmur. Mereka membuat berbagai campuran minyak esensial, dan sebagian besar mengatakan minyak yang dibuatnya mempunyai efek yang sangat ajaib dan bersifat magis. Sebagian besar bangsa Eropa beranggapan bahwa mandi tidaklah sehat dan lebih memilih melumuri tubuhnya dengan zat pewangi untuk menghilangkan bau badan.

Pada masa pemerintahan Raja Henry III dari Prancis (1551-1559), zat pewangi merupakan benda yang sangat boros dipakai dan cenderung banyak terbuang. Zat pewangi mengharumkan semua tempat umum, baik restoran, toko-toko, sampai air mancur.

Pada abad ke-16 dan ke-17, di Inggris tumbuh aliran puritan. Gereja Katolik Roma menerapkan aturan yang lebih ketat bagi penganutnya. Suasana keagamaan ini merasuki kehidupan rakyat sehari-hari. Sebagian besar pendeta melarang umatnya menggunakan bahan aromatic dan ahli sihir selalu menggunakan bahan wewangian; dan juga dikarenakan para pemimpin agama beranggapan bahwa bahan-bahan yang berbau wangi akan mengganggu tingkat spiritualitas seseorang dalam melakukan peribadatan. Pada akhir abad ke-18, kaum puritan menyingkirkan dan mengucilkan seorang wanita yang menggunakan wewangian dan kosmetik.

Seiring dengan kemajuan teknologi, pada abad kesembilanbelas minyak esensial mulai menunjukkan kemundurannya. Zat kimia sintetik dengan cepat menggantikan posisi tanaman dalam bahan obat-obatan dan perawatan kecantikan. Pada awal abad ke-20, pembuat zat pewangi menggunakan zat sintetik sebagai pengganti minyak alami. Keunggulan bahan kesehatan dan kecantikan alami dari tumbuhan mulai dilupakan dengan alas an bahan sintetik lebih murah dan mudah didapatkan.

Abad Kedua Puluh

Prancis menjadi perintis utama dalam memulihkan peran bahan pewangi sebagai unsure pengobatan. Pada abad sebelumnya, industry wewangian disingkirkan oleh industry obat-obatan. Namun, limapuluh tahun kemudian, secara perlahan aromaterapi mulai menunjukkan perannya kembali. Istilah aromaterapi dipopulerkan pertama kali oleh seorang ahli kimia Prancis, Rene Maurice Gattefose. Ketertarikannya akan penggunaan minyak esensial pada pengobatan dimulai dengan meledaknya laboratorium zat wewangian keluarganya. Ledakan tersebut membuat tangannya terbakar. Pada saat tangannya terbakar itu, di dekatnya ada sebuah wadah cairan. Secara refleks ia memasukkan tangannya yang terbakar ke dalam wadah tersebut. Ia merasa takjub karena tangannya dapat sembuh dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Wadah tersebut ternyata berisi minyak lavender.
Setelah kejadian tersebut, Gattefose mengabdikan sisa hidupnya untuk meneliti efek pengobatan minyak esensial dan menggali peninggalan leluhur yang sudah terlupakan. Pengabdian ini diteruskannya pada saat Perang Dunia I dengan mengobati para tentara yang terluka dengan menggunakan minyak esensial.

Pada tahun 1960, seorang dokter Prancis, Jean Valnet, dan seorang biokimiawan Austria, Marguerite Maury, melanjutkan kerja dan pengabdian Gattefose. Sebagai seorang ahli bedah pada Perang Dunia II, Valnet menggunakan minyak esensial thyme, cengkeh, lemon, dan chamomile untuk mengobati luka robek dan luka bakar, dan belakangan menemukan bahwa minyak esensial tersebut juga baik untuk mengobati gangguan kejiwaan.


Pada saat yang sama, Alexander Flemming menemukan penisilin untuk mengobati infeksi. Sementara Valnet membahas aromaterapi modern dalam bukunya Aromatherapie, pada tahun 1977 Robert B. Tisserand menerbitkan buku The Art of Aromatherapy yang mendukung kerja Valnet dan Gattefose yang sangat mempengaruhi dunia kedokteran Amerika.
Selama dua decade terakhir ini, dngan munculnya perawatan kesehatan secara holistic dan perawatan kulit/kecantikan secara alamiah, aromaterapi mulai menunjukkan peran yang sangat berarti. Kekhawatiran terhadap lingkungan hidup dan keinginan manusia untuk lebih dekat dengan alam membuat tindakan perawatan secara alami lebih digandrungi. Meningkatnya biaa pengobatan konvensional dan kekhawatiran terhadap beberapa efek samping berbahaya dari obat kimia dan bahan sintetik dalam kosmetik, membuat aromaterapi semakin popular di negara-negara maju.
Menggunakan obat sintetis yang kuat untuk membunuh bakteri seperti halnya memecahkan kacang dengan palu; selain membuat mati kumannya, juga menghancurkan bahan-bahan yang berguna bagi tubuh. Walaupun bekerja lambat, tidak secepat antibiotic, pengobatan alami dengan aromaterapi ini dapat membunuh kuman atau virus tanpa merusak bahan-bahan berguna lainnya; sehingga justru dapat meningkatkan daya tahan tubuh agar kuat melawan serangan penyakit.

(Sumber : Dr. Rachmi Primadiati, 2002. Aromaterapi: perawatan alami untuk sehat & cantik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 10-23)

0 comments:

Crocodile Print Pointer