Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Sunday 25 March 2012

BAHAGIA

22 Juni 2010 pukul 10:52 ·

Umumnya ikon ini digunakan buat ekspresi bahagia sedunia


Saya yakin Anda punya konsep pribadi mengenai makna bahagia. Boleh jadi beberapa pertanyaan berikut dapat Anda temukan jawabannya.

Apakah dengan Memiliki Harta Berlimpah, Kita Akan Bahagia ?

Ternyata tidak selalu begitu. Kebahagiaan tak dapat dibeli dengan uang. Di Amerika, kaum minimalis memulai gerakan baru untuk hidup secukupnya. Mereka bekerja secukupnya, berpenghasilan pas-pasan, belanja secukupnya, dan anti-kemewahan.
Mereka tidak mengejar uang demi kekayaan. Mereka punya banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Bagi mereka uang tak boleh membelenggu hidup mereka.

Jadi, Apakah Bila Miskin Kita Akan Bahagia ?

Miskin dalam hal ini, adalah kondisi saat kita tak punya pekerjaan (nganggur), tak punya perumahan, makanan atau tidak dapat memenuhi kebutuhan primer. Jika demikian memang sulit merasa bahagia, meskipun ada sebagian kecil orang yg mampu merasa bahagia meski kebutuhan primernya tidak terpenuhi, seperti para biksu, pendeta, pastor, para sufi dll. Ki Hajar Dewantoro pernah berkata, “Mana yang lebih bahagia, orang yang naik mobil bagus sambil menangis atau petani yang naik dokar (andong) sambil bernyanyi ?”

Apakah Bahagia Berarti Kita Akan Senang Sepanjang Waktu ?

Selama dunia masih berputar, kondisi senang dan sedih akan juga berputar. Ada kalanya orang merasa senang, tetapi suatu saat merasa sedih. Jadi, masa senang dan masa sedih bersifat sementara. Musibah yang dialami tidak perlu dianggap sebagai kondisi yang mengurangi kebahagiaan. Kesedihan dapat lenyap berganti kebahagiaan saat kita bersikap tawakal.

Apakah Sakit Dapat Melenyapkan Kebahagiaan ?

Pahamilah bahwa orang sehat itu tidak harus tanpa penyakit. Sehat mencakup seluruh tubuh, jiwa, dan rohani. Orang yang cacat tubuh, tidak harus tidak sehat. Kecacatan tubuh yang kita alami jangan menjadi penderitaan batin dan mengurangi kebahagiaan kita.

Apakah Bahagia Itu Statis Atau Dinamis ?

Kebahagiaan statis mungkin hanya dialami oleh para sufi, biksu, ulama, pendeta, atau para pujangga. Bagi orang biasa seperti kita, konsep yang tepat adalah marilah kita berupaya agar bahagia. Sekali kebahagiaan itu telah kita dapat, maka harus dijaga dengan baik.

Kebahagiaan tidak selalu berbentuk sempurna. Orang yang ingin bahagia, harus bisa menerima kekurangan bahwa situasi yang terjadi tidak selalu sempurna atau sesuai dengan yang diimpikan. Karena kita mencari atau memiliki kebahagiaan, berarti kebahagiaan adalah sesuatu yang konkret. Kebahagiaan bukanlah benda abtrak, maka setiap orang bisa menggambarkan kebahagiaan menurut versi mereka masing-masing. Penggambaran itu bisa indah, tapi bisa juga tidak indah karena sifatnya sangat subjektif. Karena itu, gambarlah kebahagiaan yang Anda rasa paling cocok untuk diri Anda sendiri.

Berbagai Teori Tentang Bahagia

A. Sudut pandang agama

Setiap agama memiliki ajaran sendiri tentang makna bahagia .Umumnya ajaran agama menyebutkan bahagia itu terdiri atas dua tahap ,yaitu bahagia di dunia dan bahagia di alam baka . Agama Islam dan Kristen menyebutkan bahagia di dunia kemudian sekaligus menjalani hidup yang lurus sesuai ajaran agama agar memenuhi syarat masuk surga .Agama hindu menyebutkan kehidupan bahagia kelak setelah kehidupan bahagia kelak setelah kehidupan dunia sebagai manusia {Pembebasan dari belengu dunia } ,juga dengan hidup baik dengan berbagi cara ,misalnya yoga atau semedi. Agama Buddha mwngjarkan adanya nirwana sebagai wujud pembebasan dari penderitaan (dukha) dunia.

B.Sudut pandang kaum sekuler

Kaum sekuler lebih mementingkan bahagia di dunia ini, tanpa memikirkan kehidupan setelah mati . Ada banyak ajaran atau aliran yang bermula dari Yunani abad ke -5 SM. Paham ini dicetuskan oleh kaum Sophisme atau golongan bijaksana .Golongan ini mengajarkan bagaimana hidup senang dengan mencukupi kehidupan pribadi .Mereka bersemboyan untuk hidup mewah ,berpangkat tinggi dan terhormat ,serta memiliki fisik menawan . Beberapa pernyataan yang di kutip di sini Mungkin member gambaran pemikiran kaum Sophisme :

Protagoras : Apa yang baik menurut manusia itulah yang baik .(K.Bertens )
Critias : Keprcayaan dan upacara keagmaan merupakan tipu muslihat dan tidak rasional .(K.Bertens )

Antiphon :Hukum boleh saja dilanggar dengan tenanag asal tidak ketahuan (F.Magins Suseno :Tokoh Etika ) 

Jasa mereka sampai sekarang adalah menciptakan budaya belajar atau pendidikan yang di sebut phaedia .Sisa budaya tersebut contohnya istilah encyclophaedia ,misalnya Encyclophaedia Americana ,Encyclophaedia Britanica yang isinya adalah bahasan tentang segala sesuatu yang sudah di kenal.

Di samping peninggalan budaya pendidikan ,mereka juga mengajarkan kepandaian berargumentasi dalam berdebat ,seni berpidato (rhetorika) ,dan seni bujuk rayu (art of persuasion ).

Aliran sophisme yang bersifat rasional ,sekuler,individualistis ,pragmatis ,hidup sampai sekarang melalui berbagai masa dan aliran ,misalnya masa hedonisme sampai sekarang yang bersifat materialistis bahkan ateis .Kombinasi antara individualisme /egoisme ,hedonime ,materialisme sekaligus ateis ini yang sekarang dianggap sebagai ancaman peradaban manusia .

C.Sudut Pandang Sekuler – Mistis (Religius)

Sudut pandang yang berdiri di tengah kedua paham tersebut dirumuskan oleh tiga serangkai filsuf Yunani ,sokrates Plato –Aristoteles .Paham ini mirip dengan ajaran Taoisme dan Confusianisme di Cina yang lebih banyak engajarkan cara hidup yang baik .pada bahasan ini hanya akan diuraikan konsep hidup bahagia menurut Sokrates ,plato dan Aristoteles .

Uraianberikut merupakan suatu rangkaian kutipan berbai buku sejarah filsafat Yunaniyang ditulis oleh Propesor K. Bertens, buku 13 Tokoh Etika ditulis oleh Prof. Magnis Suseno, dan buku Sebuah Kitab Suci Etika : yang ditulis dalam Nichomachean Ethics dan diterjemahkan oleh Embun Kenyowati.

Menurut Sokrates dan Plato, orang akan berbahagia bila memiliki kebijaksanaan, dan kebijaksanaan paling umata adalah cinta kepada kebaikan. Jadi bahagia lebih bersifat spiritual dibanding bahagia secara jasmaniah. Sokrates seorang miskin karena selalu mengajar tanpa bayaran, tetapi dia bahagia karena memiliki atau senantiasa mengejar kebijaksanaan. Seorang pecinta kebijaksanaan (filsuf) adalah orang yang paling bahagia. Aristoteles menggambarkan kebahagiaan secara lebih lengkap dan rinci sebagai berikut :
Tujuan hidup semua orang pada dasarnya sama, yaitu menuju kebahagiaan yang disebut juga eudaimonia (eu=baik, normal, daimon=jiwa).

Kebahagiaan

Kebahagiaan menurut isinya adalah suatu keadaan sejahtera (well-being) yang seharusnya ada pada manusia (K. Bertens). Definisi asli dari Aristoteles mengenai kebahagiaan yaitu keadaan manusia saat manusia itu “mencukupi pada dirinya sendiri (self-suficient) yang pada dirinya menjadikan sesuatu diinginkan (desirable) dan tidak memiliki kekurangan sama sekali” (Embun Kenyowati).

Deskripsi Bahagia Zaman Modern

Suatu deskripsi bagus dari buku The Rhythm of Life, Living Everyday with Passion & Purpose karya Matthew Kelly, penerbit A Five Side Book, 2004. Menurut Matthew Kelly, agar seseorang bahagia, pertama sekali ia harus sadar diri, dalam arti berusaha mengerti kebutuhannya (secukupnya), bukan menurut keinginan dan kemauannya semata. Harus mampu membedakan yang “sebenarnya dibutuhkan”, bukan yang diinginkan. Kebutuhan yang diperlukan meliputi empat aspek hidup manusia yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, kebutuhan intelektual, dan kebutuhan spiritual. Keempat kebutuhan itu harus diusahakan secara harmonis, serasi, selaras, dan seimbang. Berbagai kebutuhan dilukiskan sebagai berikut :

1.Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani terutama menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Caranya adalah berolahraga secara teratur, tidur cukup dan teratur, makan yang sehat dan halal, diet seimbang dengan banyak mengonsumsi sayur dan buah. Hindari makanan dan kebiasaan tidak sehat, merokok, minum alkohol sampai mabuk.

2.Kebutuhan emosional
Kebutuhan emosional yang penting adalah rasa kasih saying. Alihkan emosi demi diri sendiri dengan member perhatian pada orang lain. Kesadaran diri sendiri dipertinggi untuk tidak bertindak semaunya sendiri. Melayani dan beramal saleh kepada orang lain akan memperkaya perbendaharaan emosi. Bergaul dengan baik, persahabatan yang saling berbagi suka-duka, dan saling mendengarkan keluh kesah orang lain, dapat membantu menenangkan jiwa. Rekreasi dan bercanda ria bersama termasuk dalam kebutuhan emosional.

3.Kebutuhan intelektual
Membaca buku atau menambah perbendaharaan ilmu; membaca surat kabar dan majalah akan menimbulkan perspektif pikiran yang segar. Dalam bidang intelektual perlu senantiasa ditambahkan perbendaharaan ilmu sebagai bekal melakukan analisis terhadap peristiwa sehari-hari maupun untuk masa depan. Makin lama makin mempertajam focus perhatian, makin waspada (alert), dan makin dinamis oleh dunia yang cepat berubah atau berkembang.

4.Kebutuhan spiritual
Kebutuhan spiritual saat ini mulai lagi diperhatikan. Orang tidak mungkin bahagia dengan mengandalkan uang, harta, pangkat, dan kehormatan. Kebutuhan spiritual menjadi mutlak bila orang bicara soal bahagia. Ibadah agama penting demi kebahagiaan. Merenung, menyendiri, atau berkontemplasi sangat penting, termasuk evaluasi diri. Yang disebut kontemplasi adalah memikirkan berbagai peristiwa, tindakan, atau pikiran sendiri dalam menjalani hidup. Mana yang baik untuk diteruskan mana yang harus ditinggalkan.

Selanjutnya silakan Anda rumuskan sendiri apa definisi bahagia menurut Anda dan cara yang Anda tempuh untuk mencapainya. Kemudian setelah Anda meraihnya, pertahankan kebahagiaan itu. Namun perlu diperhatikan bahwa jangan biarkan penyakit, kesusahan, musibah, cobaan, dan ujian melenyapkan rasa bahagia. Pesan dari saya : jagalah kesehatan Anda, karena Sehat Itu Bahagia!

(Sumber : Prof. Dr.dr. Daldiyono, 2007. Pasien Pintar Dokter Bijak, PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta Barat, h. 203-214)

0 comments:

Crocodile Print Pointer