Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Sunday 25 March 2012

Bergerak Dinamis atau Statis ?... (Merekam Fenomena Kehidupan)

Hidup itu Bergerak atau Diam?...

Saat ini jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Kubuka jendela kamarku yang berada di tingkat dua. Aku melihat burung-burung walet terbang melakukan aksi manuver dipagi hari. Kicauan mereka bersahut-sahutan, seakan-akan itu ekspresi keceriaan mereka menyambut pagi. Mataku tertuju pada Matahari berwarna jingga yang baru mulai terbit dari ufuk timur. Perlahan warnanya semakin cerah kekuningan. Awan-awan serabut layaknya kapas yang berserakan perlahan bergerak menghiasi langit.

Sayang keindahan nuansa di pagi hari terkesan begitu singkat, karena suasana di Kotaku mulai padat, kendaraan bermotor dan beroda empat hilir mudik bergerak cepat. Dan sudah semestinya kita begitu, semuanya baik makhluk hidup maupun benda alam bergerak dinamis sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing. Siang dan malam tidak akan terjadi jika bumi tidak berotasi. Burung-burung tidak dapat terbang jika sayapnya tidak mengepak dan mengembang. Tubuh ini tak akan sehat dan bertenaga jika tidak istirahat dan berolahraga. Darah kita tak akan mengalir serentak jika jantung tak berdetak, kita tak akan bisa bertahan hidup jika oksigen tak kita hirup. Manusia akan punah jika mereka berhenti mencari nafkah.

Negeri Statis dan Ironis

Apa jadinya bangsa kita jika tidak ada program urbanisasi dan transmigrasi dari pemerintah?..coba bayangkan jika tidak ada kaki untuk berjalan, sarana transportasi yang mogok akibat para supir protes karena Pemerintah menaikan harga BBM. Betapa kacaunya negeri kita jika semua buruh, karyawan swasta dan pegawai negeri meliburkan diri (berhenti bekerja) untuk ikut aksi demo besar-besaran menuntut keadilan dan kesejahteraan mereka akibat gaji dan upah mereka telat dibayar dan mengalami penurunan. Belum lagi akibat aksi demonstrasi lainnya yang juga membludak dengan anarkisme dan premanisme itu. Jalan-jalan jadi macet, aktifitas terhenti. Bahkan demi keamanan sekolah-sekolah diliburkan, toko-toko tutup. Jam siaga diberlakukan, sehingga aktifitas masyarakat dibatasi pada jam tertentu. Suasana kembali statis. Sungguh ironis.

Sifat Dinamis Alam Semesta

Dinamisasi terjadi di alam semesta. Seluruh galaksi, planet-planet, asteroid, komet, meteor dan lain-lain semuanya bergerak sesuai ketentuan dan keteraturan sistem tata surya. Bahkan atom-atom yang tersebar di jagad raya juga bergerak. Itu semua buka sekedar ritme kehidupan atau hukum alam semata. Gerakan yang selaras dengan putaran keteraturan dan ketetapan itu adalah tasbih semesta kepada Tuhannya. Kepatuhan, ketundukan kepada Tuhan menjadikan alam raya ini tetap bertahan.

Namun, tak banyak manusia menyadari hal itu. Akal, hati dan jiwa seolah diselubungi oleh kegelapan. Manusia tahu ia bagian dari alam semesta. Tetapi di antara mereka malah berani melawan ketetapan Tuhan, berhenti patuh sehingga gerakan tasbih alam semesta menjadi kacau balau. Para ilmuan melaporkan telah terjadi gelombang radiasi besar-besaran di atmosfer bumi menjadikan lapisan ozone terkikis. Bumi menjadi panas, itulah yang kita kenal sebagai global warming. Retakan lempengan bumi terjadi di mana-mana menghasilkan gempa dahsyat, tanah longsor, dan letusan gunung berapi. Volume air dunia juga tidak menentu. Es di kutub utara dan selatan kian mencair. Perubahan suhu dan cuaca ekstrim seperti badai, topan, angin puting beliung dan bencana alam lainnya. Siapakah yang dirugikan dengan peristiwa alam itu?...Anehnya, sebagian manusia malah menyalahkan dan menghujat Tuhan.
Gerak dinamis itu sebuah fenomena kehidupan. Banyak sisi kehidupan yang selaras dengan gerak dinamis. Kreatifitas, cerdas,dan tangkas dalam beraktifitas adalah salah satu hasil dari dinamisasi pada diri manusia. Kekayaan, kedermawanan, kesederhanaan adalah sifat dinamis dalam mensyukuri nikmat harta. Sedangkan kemiskinan, kebodohan, kerakusan adalah sifat statis dalam memahami nikmat hidup.

Dinamis itu Hidup dan Statis itu Mati

Hidup itu bergerak dinamis, jika tidak akan statis dan mati. Sebuah Arloji atau jam mesin akan rusak dan mati jika ada salah satu roda mesinnya tidak berputar (berhenti). Handphone saja sebagai alat statis mesti kita bawa ke zona gelombang yang kuat saat kita berada di wilayah pegunungan yang jauh dari tower agar bisa mendeteksi signal, artinya perpindahan dari rumah menuju zona gelombang signal menjadikan hp kita berpindah jarak. Suatu benda yang telah berpindah secara jarak, tempat dan waktu itu sudah dikatakan bergerak. Sebab itulah ada sebagian kita menyebut hp itu mobile. Apalagi mobil yang benar-benar harus bergerak jika tidak hanya jadi barang rongsokan.

Statis itu seperti Zombie (Mayat Hidup)

Dalam film horor fiksi Zombie diceritakan bahwa zombie-zombie (mayat hidup) menakutkan dan menyeramkan. Tubuh mereka yang setengah hancur masih bisa hidup namun gerakan mereka sangat statis. Tidak selincah dan segesit manusia normal yang masih hidup. Para Zombie itu mengincar otak dan cairan tubuh manusia agar mereka bisa bertahan hidup. Bagi manusia yang terbunuh atau tergigit, mereka bisa berubah menjadi zombie pula. Kawanan zombie bertambah banyak, jika tidak segera diatasi maka kehidupan manusia akan terancam musnah. Begitulah analogi bagi manusia yang hidupnya statis. Ia tidak memiliki ruang gerak di dunia. Bahkan ia terancam dimusuhi oleh sesamanya yang sangat dinamis menjalani hidup.

Statis itu Mental Pengemis

Hidup statis itu ciri khas orang egois, pesimistis, apatis bahkan lama-lama jadi pengemis. Gak percaya..?..kita lihat aja nih. Pepatah lama mengatakan, “seperti katak dalam tempurung”, terpenjara, terperangkap oleh dunianya yang sempit dan pengap. Ia tidak tau dengan dunia luar. Manusia harus melepas keterkungkungannya, ketergantungannya, keterikatannya pada hal-hal yang statis. Yaitu sikap hidup masa bodoh, tidak peduli, sombong/angkuh, malas dan lemot (lamban), keras kepala, dan tinggi hati. Hidup seperti itu layaknya hidup dalam penjara meski tubuhnya bebas berkeliaran di luar sana namun hati dan pikirannya dibawah pengaruh nafsu Ankara (setan). Segala apa yang dilakukan cuma untuk keuntungan dan kesenangan diri.
Bangsa ini besar, namun masih ada rakyatnya yang berjiwa kerdil. Merasa miskin, lemah tak berdaya dan pantas dikasihani, padahal secara fisik mereka masih bisa bekerja. “Lebih baik mengemis dari pada mencuri” begitu berkelitnya para pengemis. Memang rata-rata mereka minim pendidikan, sehingga memaksa mereka menjadi pengemis untuk mendapatkan uang dengan cepat lalu perut lapar bisa terisi. Mental pemalas dan suka memelas itulah yang bersarang dipikiran mereka. Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan penyakit sosial masyarakat yang satu ini.

Dari Rakyat Hingga Pejabat Jadi Pengemis

Tak jauh berbeda dengan paradigma berpikir sebagian orang-orang yang duduk di kursi-kursi rakyat negeri ini. Hanya dengan ongkang-ongkang kaki, mereka bisa dapat ‘rezeki’, tak peduli mereka dihina atau dimaki. Betapa tidak, ditengah kekalutan negeri ini mereka tak tahu malu menjadi ‘penjilat’ jabatan dan kehormatan. Asal dirinya, anak dan istrinya bisa makan. Di mana nurani mereka?..,di mana pula harga diri mereka sebagai wakil rakyat yang katanya membela hak rakyat?. Rakyat jelata banyak kelaparan, malah disuruh bersikap sabar dengan segala penderitaan akibat ulah “si pengemis” di atas sana. Mereka cuma bisa menangis saat melihat rakyatnya meringis. Mental curang, senang-senang, tak mau berjuang yang penting ada peluang dan dapat uang itulah pengemis. Curang karena menipu rakyat dengan baju jabatannya, senang berlibur/kabur ke luar negeri, tak mau memperjuangkan hak rakyat malah khianat, merampok uang rakyat alias jadi koruptor. Mengapa mereka jadi koruptor ?...selain otaknya kotor, disodor uang nyosor-nyosor, diadili dan dilapor malah menyalahi koridor. Sehingga kasus mereka sering molor, akibat dosanya bisa jadi mengidap tumor, namanya pun tak lagi tersohor. Sebagian rakyat menyarankan sebaiknya ia di-dor.

Pola pikir (mainset) yang statis cenderung merugikan dan itulah awal dari kebobrokan, kemunduran dan kehancuran. Sebaliknya, berpikir dinamis sangat menguntungkan dan itulah bagian dari pembaharuan, kebaikan, kemajuan, dan kesuksesan. Ini bukan apologi/kata-kata semata, bisa dibuktikan dengan fakta dan realita. Agar kita bisa membuka mata guna meraih impian dan cita-cita. Andalah yang memilih.

Jadi Pecundang atau Pemenang ?..

Memahami hidup dan kehidupan di dunia memang tidak mudah. Diperlukan pemikiran dan perenungan yang mendalam sehingga diri bisa menyelam dalam samudera jiwa terdalam di keheningan malam. Temukanlah mutiara kehidupan anda yang dapat dijadikan pedoman ketika diri tersesat di tengah jalan dan menyimpang dari tujuan impian/harapan.
Maknanya kita mesti berpikir dan mengkaji ulang setiap langkah yang kita ambil. Kita tidak bisa hidup sendirian. Tuhan yang maha mengetahui seluk-beluk diri dan kehidupan kita memberikan pilihan jalan. Jika anda memilih diam seribu basa tanpa ada usaha, tekad, keinginan/kemauan untuk berubah menjadi yang lebih baik, maka tunggulah kebosanan dan kesusahan akan menyelimuti disetiap gerak-gerik hidup anda. Anda mau tidak mau hanya disebut sebagai pecundang yang kalah sebelum berjuang. Sebaliknya, jika pilihan anda mantap tertuju pada berbagai hal yang membuat diri anda semangat dan enerjik menjalani hidup ini, percayalah anda telah menjadi pemenang.

Kristal Optimistis Para Pemenang

Pemenang sejati tak akan pernah mengalah dari ujian dan tantangan hidup. Tak akan pernah menyerah dengan gempuran nafsu ankara murka. Meski telah jadi pemenang, ia sedikitpun tak terbuai dengan sanjungan dan pujian manusia. Jiwa pemenang berani bersikap tegas , tangguh, kuat dan percaya diri mengarungi samudera kehidupan yang berombak, mampu memecahkan kebekuan batu pesimistis, dan menempanya menjadi kristal optimistis yang sangat mahal. Kristal Optimistis inilah yang menjadi perhiasan jiwa para pejuang dan pemenang. Kristal itu ada pada diri pemenang tampak dari sikap dan prilakunya sebagai leader (pemimpin) dan agen pembaharuan. Energi yang dikandung dalam Kristal itu berasal dari semangat membara yang bersumber dari keikhlasan kepada Tuhan semata.

Refleksi Hidup Dinamis itu Fleksibel dan Punya Misi Suci

Jadi, masihkah anda tetap berpendirian statis?...sementara orang-orang di sekitar anda berpacu nyali, beradu nasib dengan dinamisasi kehidupan ini. Apakah rela kita membuang-buang waktu yang berharga ini, umur yang tersisa ini hanya untuk santai menikmati kemalasan diri, kepulasan tidur dan indahnya mimpi?...di lain sisi dan dimensi, orang lain berjuang mempertaruhkan jiwa raganya demi mengejar tujuan hidup yang sebenarnya. Yaitu kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan kehidupan mendatang.

Mereka yang berjiwa dinamis sangat fleksibel dalam memaknai kehidupan. Fleksibel dalam setiap situasi dan kondisi. Suka dengan kesibukan bersifat aksi. Soal uang/tupoksi bisa diatasi tanpa ada niat untuk korupsi. Tidak terpengaruh dengan cerita yang sudah basi, sebab bagi mereka itu bukan perkara yang substansi. Jangankan frustasi, mengonsumsi ekstasi saja mereka tak mau. Setiap masalah dapat diantisipasi tanpa emosi dan arogansi. Mereka tak mau melanggar hak asasi, apalagi diintrogasi oleh Polisi. Kecuali mereka difitnah oleh orang-orang berdasi yang punya ambisi. Meski duduk dikursi mereka tak segan dikoreksi, sebab mereka pandai berintrospeksi. Hidup damai dalam dinamisasi sebab mereka punya misi yang suci. Yaitu menjadi delegasi (orang sholeh) di sisi Tuhan dan teladan yang mengaplikasi (amal nyata) bagi sesama manusia.

Berbanding terbalik dengan mereka yang statis hidupnya. Memang hidup statis itu penuh dengan perhitungan dan pertimbangan layaknya statistika angka. Namun sikap demikian menjadikan mereka sebagai orang-orang pelit dan kikir. Mereka takut orang miskin dan takut jatuh miskin. Takut harta kekayaannya berkurang gara-gara memberikan sedekah kepada si miskin. Sehingga jika bertemu si-miskin, raut wajahnya berubah dan cenderung menghindar. Padahal di lain waktu mereka sendiri menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan sesaat. Artinya, mereka statis dalam kekayaannya. Kesenangan dan kebahagiaannya hanyalah ilusi dan fantasi. Suka dengan hal-hal yang palsu dan imitasi. Selain kolusi dan korupsi, juga pandai memanipulasi. Punya banyak uang malah sering dihabisi. Punya masalah mudah frustasi dan berhalusinasi. Berobsesi dan berambisi duduk dikursi tanpa peduli tradisi toleransi. Tidak senang dikritisi apalagi dikoreksi. Dirinya sendiri sudah seperti nasi basi dan sambal terasi, seperti tapai hasil fragmentasi. Bahkan bagai katak yang mengalami maladaptasi.


Inspirasi hidupku teruntuk Anda yang dinamis dalam hidup dan kehidupan,
Pontianak, 24 Maret 2012
Oleh: Angah Sanaci (Satria Marali Albekuty)

0 comments:

Crocodile Print Pointer