Nabi saw. telah bersabda, “Perangilah
nafsumu dengan lapar dan haus.” Kita mungkin bertanya dari mana manfaat lapar
ini berasal dan apakah ia tidak akan menimbulkan penyakit dan masalah bagi
perut?...
Pertanyaan ini seperti kata-kata
orang yang berpikir setelah mendapatkan faedah obat yang pahitlah yang
memberikan faedah. Manfaat bukan berasal dari rasa pahit suatu obat. Seorang
tabib/dokter mengetahui akibat atau pengaruh dari suatu obat.
1.
Lapar
menjadikan hati bersih, pikiran jernih, dan mata hati tajam. Sebaliknya,
kenyang menyebabkan orang menjadi malas, hati buta dan menjadikan otak panas
seperti mabuk dan bahkan kenyang dapat menyerang pikiran para ahli piker.
Akibatnya, ketajaman berpikir menjadi berkurang dan melenyap.
2.
Lapar
menjadikan hati lembut dan bersih, dengan demikian dapat merasakan lezatnya
berdzikir dan munajat kepada Allah.
3.
Lapar
menghancurkan nafsu hingga menghasilkan kesederhanaan dalam berprilaku. Dengan
sedikit makan, kesombongan dan kemegahan diri menjadi lenyap.
4.
Lapar
mengingatkan seseorang kepada azab Allah Ta’ala kelak di akhirat. Dalam mengisi
perut sekenyang-kenyangnya, mengakibatkan seseorang lupa kepada orang lain yang
kelaparan dan melupakan rasa lapar.
5.
Lapar
dapat mengendalikan hasrat melakukan perbuatan dosa. Umumnya, pokok pangkal
dari semua dosa adalah nafsu syahwat dan kekuatan tubuh, dan pokok pangkal dari
keduanya adalah memenuhi perut sampai kenyang.
6.
Lapar
membuat orang sedikit tidur. Orang yang banyak makan bahkan hingga kenyang
cenderung banyak minum dan orang yang banyak minum cenderung banyak tidur.
7.
Lapar
mempermudah menjalankan ibadah kepada Allah swt. Terlalu banyak makan
menyebabkan seseorang malas dan lamban, karena itu, ibadah menjadi berat.
8.
Lapar
dapat memelihara kesehatan dan mencegah penyakit. Sedikit makanan yang masuk ke
perut meningkatkan kesehatan dan menghilangkan sejumlah penyakit. Makan
berlebihan menimbun penyakit dalam perut dan pembuluh darah. Orang yang sakit
tidak dapat menjalankan ibadah, dzikir dan tafakur.
9.
Lapar
menjadikan sedikit pengeluaran atau belanja. Perut seseorang yang makan terlalu
banyak akan menjadi berat. Dia memutar
otak setiap hari untuk memperoleh makanan dan berkata, “apa yang akan saya
makan hari ini?” Dia berkeliaran ke sana-kemari sepanjang hari untuk mencari
nafkah (makan) dan bisa saja terperosok dalam usaha mencari nafkah yang tidak
halal dan melakukan perbuatan maksiat (dosa).
10.
Lapar
menyebabkan pelakunya dikaruniai sifat dermawan dan dilepaskan sifat memuji
diri sendiri. Orang yang menyedikitkan makan dan minum dapat mengurangi
kelaparan dan kehausan orang lain dengan kelebihan makanannya itu kepada anak
yatim dan orang miskin.
Itulah kesepuluh
faedah lapar. Tak terhitung manfaat yang dihasilkan dari setiap faedah
tersebut. Karena itu tidak ada habisnya manfaat lapar. Lapar merupakan asset
berharga bagi kehidupan kita di akhirat. Oleh sebab itu, seorang sufi berkata,
“Lapar adalah kunci perbendaharaan akhirat dan pintu kepada zuhud di dunia.
Perut penuh adalah kunci bagi dunia ini dan pintu kepada nafsu.” Demikian
nasihat dari Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya
‘Ulumuddin.[1]
Refleksi Hikmah dari “Pemulung
Inspirasi”
Namun ingat,
jangan salah pengertian. Zuhud di abad modern bukan berarti kita meninggalkan
dan melalaikan tugas dan amanah yang ada di dunia. Ingin memilih hidup zuhud,
lalu menyiksa (menzalimi) diri dengan melaparkan diri yakni mogok makan, malas
bekerja, tanpa berikhtiar mencari nafkah dan penghidupan di dunia. Jika begitu,
bagaimana ia bisa bertahan hidup dan beribadah di dunia ini. Jika hal itu ia
lakukan, sama saja bunuh diri.
Lapar Tapi Tidak Kelaparan (Berpuasa)
Sesuatu hal
yang berlebihan di sisi Tuhan saja tidak baik, apalagi bagi manusia. Makan
berlebihan itu tidak baik, terlalu lapar berlebihan juga tidak baik jadi kita dianjurkan
berpuasa dari makanan dan minuman. Punya kemewahan harta yang berlebihan itu tidak
baik jadi kita diperintahkan untuk ‘berpuasa’ dari sikap tamak dan rakus, yaitu
memilih hidup sederhana sehingga bisa bersedekah, berinfak untuk mereka yang
berhak. Miskin yang berlebihan itu tidak baik, makanya kita harus ‘berpuasa’
dari sifat malas dan suka memelas itu agar semangat berikhtiar bekerja dan
mencari nafkah yang halal. Jika tidak, seseorang yang miskin akan berpikiran
praktis dan instan. Hanya bermodalkan tampang lusuh, kotor dan menyedihkan, uang dengan mudah didapatkan
dari belas kasihan orang lain yang tertipu olehnya. Ia minta dikasihani,
mengemis-ngemis kepada orang lain tapi ia sendiri tidak mengasihani dirinya.
Padahal Nabi melarang kita berbuat demikian.
Jadi,
bagaimana seharusnya kita menyikapi kehidupan di dunia ini sehingga kita bisa
selamat baik di dunia maupun di akhirat?...Rasulullah saw. adalah suri tauladan
terbaik kita, ikuti beliau. Meski ditawari oleh orang kafir kemewahan dan kesenangan
dunia, Beliau tak sedikitpun tergiur. Beliau lebih memilih hidup sederhana.
Hidup sederhana bukan hidup miskin. Tapi menjalani hidup dan mensyukuri
kehidupan tanpa egois. Beliau tetap berdagang, meski istri Beliau seorang
bangsawan yang kaya raya. Beliau tetap berdakwah bersama para sahabat dan
pengikutnya walaupun beliau dianugerahi mukjizat dan kelebihan sebagai Nabi dan
Rasul Allah. Beliau istiqamah beristighfar, berpuasa dan berbuka meskipun
beliau sudah dijamin maksum dan masuk surga. Itulah wujud rasa kesyukuran atas
kenikmatan yang diberikan Allah swt. kepada Beliau. Sosok pribadi keren yang
pantas menjadi idola di zaman modern.
Pontianak, 28 Maret 2012
Kutipan Hikmah Kehidupan dari “Pemulung Inspirasi”
Satria Marali
[1]
Imam al-Ghazzali, Ihya ‘Ulumuddin:
Keajaiban Hati, Akhlak yang baik, Nafsu makan dan Syahwat, bahaya lidah,
buku VI, terjemahan: Purwanto, Bandung: Penerbit Marja’, h. 152-163.
0 comments:
Post a Comment