Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Wednesday, 28 March 2012

Menjaga Hati

-->
 
Al-Ghazali membagi hati manusia ke dalam 3 karakter, yaitu qolbun maridh (hati yang sakit), qolbun mayyit (hati yang mati), dan qolbun saliim (hati yang selamat). Secara garis besar, qolbun maridh ibarat cermin yang penuh noda sehingga sulit baginya untuk bercermin dengan baik. Sebaik apapun bayangan yang terpantul dari cermin akan Nampak buram dan kusam. Begitulah hati yang sakit, akan sulit menilai secara jujur apapun yang tampak di depannya. Sulit melihat orang sukses, sombong saat mendapatkan kelebihan, buruk sangka terhadap siapa pun, selalu gelisah melihat keberhasilan orang lain, timbul dengki, riya’ dan ujung-ujungnya akan menghalalkan segala cara untuk menindas orang lain.
Kemudian, qolbun mayyit adalah hati yang mati, hati yang dikuasai oleh hawa nafsu, ia sudah tidak peduli akan ridha Allah atau pun pandangan orang lain terhadapnya, ibadah-ibadah wajib ia sepelekan, hari-harinya penuh kesombongan kepada Allah. Nasihat-nasihat bijak tidak diserap olehnya. Akibatnya, ia tidak tahu mana yang haq dan mana yang bathil.
Terakhir adalah qolbun saliim, yaitu hati yang selamat. Orang yang memiliki qolbun salim, hidupnya akan penuh kebahagiaan. Detik demi detik dilaluinya sebagai ajang untuk menggapai ridha dan cinta Ilahi. Hatinya selalu hidup, tidak merasa hampa dan sepi di mana pun berada, karena ia yakin Allah selalu bersamanya dan  memberikan  yang terbaik.
Manusia diciptakan Allah swt. mempunyai nilai istimewa, karena keunggulan yang dimilikinya; sebongkah danging dalam jasadnya bisa mewarnai pikiran, perilaku, juga tuturnya, dialah hati…hati manusia. Karena itu, Allah azza wa jalla menegaskan lewat sabda Rasul-Nya saw: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan jasad, tetapi qolbu, hati manusia” (al-Hadits).
Qolbu bak cermin diri untuk melihat kondisi setiap pemiliknya. Setitik noda mencemari cermin hatinya, maka akan memantul menjadi hal yang mengubah cantik menjadi buruk baginya, yang menentukan pula baik buruknya seorang hamba dihadapan manusia dan Khaliqnya.
Kita bisa bayangkan bahwa beningnya hati seseorang dapat membawanya memasuki gerbang impian surge. Pada suatu hari, Rasulullah saw. berkisah di hadapan para sahabatnya, “akan datang ke hadapan kalian calon penghuni surga,” diucapkannya 3 x. Uniknya, yang disebut-sebut sebagai calon penghuni surge nyaris orang menganggapnya biasa-biasa saja. Tetapi satu hal yang luput dari pandangan orang, bahwa dia adalah seorang yang mampu menjaga kondisi kedalaman hatinya untuk tetap jernih, bening sebening kaca, jauh dari hal-hal buruk yang melintas dalam hatinya untuk selalu salamatush-shadr (hatinya selamat dan lurus).
Apakah ini sesuatu yang mudah bagi kita?...
Baginda Rasulullah saw. selalu mengingatkan kita tentang satu hal penting yang terkait dengan hati, “mintalah nasehat pada hatimu!”.  Hati adalah obor penerang saat kita gelap, ia menjadi petunjuk ketika kita bimbang, ia hadir sebagai penyejuk di kala gundah, ia kunci sukses dunia akhirat kita.
Beningnya hati menjadi indah tampak mengisi hari-hari orang yang diberikan oleh-Nya keutamaan, mewarnai sisi kehidupan mereka dalam bermasyarakat, berkomunikasi yang terjalin dalam cantiknya mereka bersaudara dan berkasih sayang. Gerangan apa rahasianya?..mereka memiliki kekayaan yang disebut Qolbun Salim.
Sebagai manusia, kita sadar betul bahwa selama ini kita kadang (bahkan sering) labil di antara himpitan dan godaan dahsyat duniawi. Berharap senantiasa kekuatan dari-Nya yang terangkum dalam do’a:
“Ya Muqallibal quluub, tsbbit quluubana ‘alaa diinik
“Ya Musharrifal quluub, sharrif quluubana ‘ala thaa’atik”
“Duhai yang membolak-balikkan hati, tetapkan kami untuk selalu di atas agama-Mu dan tetapkan hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.”

Mampukah kita meraih hati bersih?...
Hati setiap mukmin itu indah disebabkan oleh factor keyakinannya bahwa Allah Sang Pencipta manusia Maha mengetahui segala apa yang dilakukannya, baik perbuatan hati maupun amal perbuatan yang nampak nyata. (silakan buka QS. Qaaf[50]: 16-18)
Karena keyakinan itulah setiap mukmin senantiasa menjaga hatinya agar selalu bersih dari berbagai kotoran dan noda, terlebih lagi polusi hati yang dapat mematikan. Yaitu rasa dendam dan dengki.

Sumber: M. Idris A. Shomad, 2005. 3 Hari Bersama Ahli Surga, Bandung: MQS Publishing, h. Prakata 6-13

0 comments:

Crocodile Print Pointer