Al-Ghazali membagi hati manusia ke
dalam 3 karakter, yaitu qolbun maridh (hati yang sakit), qolbun mayyit (hati
yang mati), dan qolbun saliim (hati yang selamat). Secara garis besar, qolbun
maridh ibarat cermin yang penuh noda sehingga sulit baginya untuk bercermin
dengan baik. Sebaik apapun bayangan yang terpantul dari cermin akan Nampak
buram dan kusam. Begitulah hati yang sakit, akan sulit menilai secara jujur
apapun yang tampak di depannya. Sulit melihat orang sukses, sombong saat mendapatkan
kelebihan, buruk sangka terhadap siapa pun, selalu gelisah melihat keberhasilan
orang lain, timbul dengki, riya’ dan ujung-ujungnya akan menghalalkan segala
cara untuk menindas orang lain.
Kemudian, qolbun mayyit adalah hati
yang mati, hati yang dikuasai oleh hawa nafsu, ia sudah tidak peduli akan ridha
Allah atau pun pandangan orang lain terhadapnya, ibadah-ibadah wajib ia
sepelekan, hari-harinya penuh kesombongan kepada Allah. Nasihat-nasihat bijak
tidak diserap olehnya. Akibatnya, ia tidak tahu mana yang haq dan mana yang
bathil.
Terakhir adalah qolbun saliim, yaitu
hati yang selamat. Orang yang memiliki qolbun salim, hidupnya akan penuh
kebahagiaan. Detik demi detik dilaluinya sebagai ajang untuk menggapai ridha
dan cinta Ilahi. Hatinya selalu hidup, tidak merasa hampa dan sepi di mana pun
berada, karena ia yakin Allah selalu bersamanya dan memberikan
yang terbaik.
Manusia diciptakan Allah swt.
mempunyai nilai istimewa, karena keunggulan yang dimilikinya; sebongkah danging
dalam jasadnya bisa mewarnai pikiran, perilaku, juga tuturnya, dialah hati…hati
manusia. Karena itu, Allah azza wa jalla menegaskan lewat sabda Rasul-Nya saw:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan jasad, tetapi qolbu, hati manusia”
(al-Hadits).
Qolbu bak cermin diri untuk melihat
kondisi setiap pemiliknya. Setitik noda mencemari cermin hatinya, maka akan
memantul menjadi hal yang mengubah cantik menjadi buruk baginya, yang
menentukan pula baik buruknya seorang hamba dihadapan manusia dan Khaliqnya.
Kita bisa bayangkan bahwa beningnya
hati seseorang dapat membawanya memasuki gerbang impian surge. Pada suatu hari,
Rasulullah saw. berkisah di hadapan para sahabatnya, “akan datang ke hadapan
kalian calon penghuni surga,” diucapkannya 3 x. Uniknya, yang disebut-sebut
sebagai calon penghuni surge nyaris orang menganggapnya biasa-biasa saja.
Tetapi satu hal yang luput dari pandangan orang, bahwa dia adalah seorang yang
mampu menjaga kondisi kedalaman hatinya untuk tetap jernih, bening sebening
kaca, jauh dari hal-hal buruk yang melintas dalam hatinya untuk selalu
salamatush-shadr (hatinya selamat dan lurus).
Apakah ini sesuatu yang mudah bagi
kita?...
Baginda Rasulullah saw. selalu
mengingatkan kita tentang satu hal penting yang terkait dengan hati, “mintalah
nasehat pada hatimu!”. Hati adalah obor
penerang saat kita gelap, ia menjadi petunjuk ketika kita bimbang, ia hadir
sebagai penyejuk di kala gundah, ia kunci sukses dunia akhirat kita.
Beningnya hati menjadi indah tampak
mengisi hari-hari orang yang diberikan oleh-Nya keutamaan, mewarnai sisi
kehidupan mereka dalam bermasyarakat, berkomunikasi yang terjalin dalam
cantiknya mereka bersaudara dan berkasih sayang. Gerangan apa
rahasianya?..mereka memiliki kekayaan yang disebut Qolbun Salim.
Sebagai manusia, kita sadar betul
bahwa selama ini kita kadang (bahkan sering) labil di antara himpitan dan
godaan dahsyat duniawi. Berharap senantiasa kekuatan dari-Nya yang terangkum
dalam do’a:
“Ya Muqallibal quluub, tsbbit quluubana ‘alaa diinik
“Ya Musharrifal quluub, sharrif quluubana ‘ala thaa’atik”
“Duhai yang membolak-balikkan hati,
tetapkan kami untuk selalu di atas agama-Mu dan tetapkan hati kami untuk selalu
taat kepada-Mu.”
Mampukah kita meraih hati bersih?...
Hati setiap mukmin itu indah
disebabkan oleh factor keyakinannya bahwa Allah Sang Pencipta manusia Maha
mengetahui segala apa yang dilakukannya, baik perbuatan hati maupun amal
perbuatan yang nampak nyata. (silakan buka QS. Qaaf[50]: 16-18)
Karena keyakinan itulah setiap mukmin
senantiasa menjaga hatinya agar selalu bersih dari berbagai kotoran dan noda,
terlebih lagi polusi hati yang dapat mematikan. Yaitu rasa dendam dan dengki.
0 comments:
Post a Comment