Orang Modern Vs Orang Tradisional
Chatting, chatt, istilah ini tak asing lagi didengar/dibaca dalam kehidupan sehari-hari kita yang selalu bergelut dengan dunia cyber. Tapi, tak mustahil, jika di zaman serba canggih ini, masih ada sebagian orang tidak tahu sama sekali dengan istilah ini. Jangankan chatting, istilah-istilah yang lagi nge-trend di dunia maya aja seperti browsing, surfing, loading malah bikin kepala mereka pusing tujuh keliling. Sebab mereka hidup dalam realita alam nyata. Tanpa sentuhan teknologi modern, mereka menjalankan aktifitas keseharian dengan senang dan gembira tanpa ada beban atau perasaan susah dan gelisah. Mereka tak tergantung dengan teknologi canggih jaman sekarang. Kehidupan mereka sangat dinamis. Ya, dinamis sebab, tidak statis seperti yang dilakukan sebagian besar para netter hari ini. Asyiknya cuma duduk berjam-jam di depan komputer menjadi gamer, berselancar di dunia cyber mencari para netter yang online, eh taunya malah keblinger. Mereka yang tidak tergantung dengan teknologi itu dapat berkenalan satu-sama lain dengan tatap muka secara lansung (face to face). Mengetahui latar belakang/ identitas orang yang diajak bicara, memahami maksud dan tujuan pembicaraan. Dan apa yang dibicarakan dengan mudah dipahami. Meskipun, sebagian masyarakat modern saat ini menganggapnya sebagai bagian masyarakat yang terbelakang dan tertinggal dalam hal perkembangan dan kemajuan zaman.
Baiklah, kita saat ini bukan sedang memperdebatkan pola kehidupan masyarakat modern dengan masyarakat tradisional. Masing-masing gaya hidup dan tata nilai yang dianut itu punya kelebihan dan kekurangannya. Tinggal kita, selaku kaum tercerahkan mesti menjadi “signal penghubung” guna memberikan pemahaman yang positif tentang bagaimana menjalani kehidupan ini dari berbagai perspektif masyarakat yang berbeda latar dan paradigma. Sehingga masyarakat modern tidak selalu mencemooh keterbelakangan masyarakat tradisional. Sebaliknya masyarakat tradisional tidak terlalu ikut-ikutan soal semua gaya hidup masyarakat modern. Padahal mereka punya kode etik/tata nilai bahkan tatanan sosial tersendiri sehingga nilai luhur yang mencirikan jati diri bangsanya dapat terus dijaga dan dilestarikan.
Tunggu dulu, sebenarnya, siapa sih di sini yang disebut masyarakat modern & masyarakat tradisional?...Arti dan maknanya saja masih simpang-siur. Baiklah, ada yang memahami, dan menganggap dirinya sebagai masyarakat modern karena hampir semua kehidupannya diisi dengan “aksesoris”/peralatan teknologi canggih sesuai perkembangan zaman. Seperti, handphone terbaru, blackberry, laptop terbaru, iphone, ipad, ke mana-mana selalu mengenakan headset/headphone, punya koleksi music terbaru, dan hal-hal yang bernuansa IT semuanya dimiliki. Dia mengaku bahwa dia tu gaul, keren dan anak canggih. Jadi, dia menganggap orang-orang yang gak peduli dengan keinginan mempunyai barang-barang canggih gitu, dianggap kuno, norak, ketinggalan zaman, kampungan, terbelakang, tradisional. Ehm…sepintas masuk akal sih. Tapi kadang, cuma nampang koleksi barang canggih doank, eh taunya gaptek gak tau gimana cara penggunaannya, nah lho.
Mereka yang hidup tenang dengan segala fasilitas apa adanya, dan tidak terlalu glamor tidak merasa diri mereka kuno, mereka masih punya kreatifitas dalam beraktivitas, tradisi bersilaturahmi secara langsung, saling mengunjungi teman, sahabat, saudara dan sanak famili jika ada keperluan di antara mereka. Mereka juga menjalin “jejaring sosial” di kehidupan nyata. Mereka melakukan aksi solidaritas, gotong-royang, pertemuan komunitas dan kegiatan positif lainnya. Orang yang merasa dirinya modern dengan segala kecanggihan teknologi pada dirinya itu menyangkal. Versi mereka, bahwa hidup di zaman sekarang, silaturahmi dengan cara berkunjung ke rumah atau bertemu orang langsung itu udah gak zamannya lagi. Sekarang itu silaturahminya cukup duduk di kursi depan layar komputer, kita sudah bisa berkenalan, menyapa, menegur,dan lain sebagainya. Itulah yang kita kenal saat ini dengan aplikasi chatting di dunia cyber. Beragam fitur ditawarkan kepada para pengguna internet. Seperti chattroom, chatt social network, chatting video, bahkan saat ini terobosan terbaru yakni chatting via avatar 3D lengkap dengan desain room, pakaian, aksi gerakan, ekspresi dan program voice avatar, layaknya di kehidupan nyata.
Intinya, jangan merasa sebagai orang modern kalau cara berpikirnya yang cenderung kuno, alias norak. Gimana gak norak tu, baru aja ketemu teknologi canggih, eh..malah kecanduan dan sangat “lebay” (baca: berlebihan) dalam penggunaannya. Jadi bisa jadi, kebalikan dari persepsi orang kebanyakan, tak selamanya mereka yang tidak terlalu memahami soal teknologi canggih zaman sekarang itu selalu terbelakang dalam peradaban dunia. Zaman dahulu kala teknologinya sangat sederhana namun punya manfaat besar untuk peradaban dunia. Bukan berarti penulis membela mereka yang tak punya kesempatan memahami teknologi saat ini. Kita sebagai makhluk sosial, mestinya membantu dan berbagi kepada mereka untuk melangkah bersama dalam memahami perkembangan zaman, bukan malah mencemooh dan membiarkan mereka terbelakang. Sebab mereka itu juga manusia yang menginginkan kemajuan. Mereka punya kode etik, nilai luhur dalam menggunakan teknologi apapun itu. Bagi mereka teknologi itu cuma alat saja. Mereka pergunakan alat itu sesuai dengan penggunaan dan keperluan tanpa melanggar tata nilai yang sudah mendarah danging dalam jiwa mereka. Mereka tidak berlebihan dalam berkomunikasi dan berinteraksi via cyber. Mereka lebih mengutamakan komunikasi dan interaksi di kehidupan reall. Malah mereka itulah yang lebih modern dalam berpikir dan pola kehidupannya.
Dunia Chatting Bikin Rambut Keriting
Umumnya, chatting itu mengasyikkan dan melenakan. Pikiran dan perasaan melayang terbuai dalam obrolan-obrolan yang kadang banyak bohongnya dari pada benarnya. Ada lagi memandang chatting itu bikin stress. Gimana gak stress, yang bicara arahnya ke mana, yang diajak bicara fokus pembicaraannya juga ke mana. Jadinya ke mana-mana. Sudah seperti hal yang dianggap biasa jika saat chatting itu pada gak nyambung. Para netter iseng dan jail sengaja membuat akun dan status palsu guna mengelabuhi orang-orang yang ingin diajak chatting. Jadi mereka itu bikin alamat palsu agar bisa chatting sama Ayu Tingting. Setiap kata-katanya itu cuma akting, kadang tak ubahnya seperti orang sinting yang bikin kepala pusing dan rambut kriting.
Bahasa Kode, Asal, dan Amburadul
Tak bisa dipungkiri, dalam hal chatting, para netter tertarik menciptakan gaya bahasa terbaru, atau kosa kata aneh untuk menarik lawan bicaranya. Ya…katanya sih biar kelihatan jenius dan canggih gitu. Eh taunya, malah merusak tatanan atau kaidah bahasa bangsanya sendiri. Karena terobsesi dan terbiasa ikut bahasa yang digunakan saat chatting, ia sangat sulit memahami bahasa dan sastra bangsanya sendiri. Padahal dibalik bahasa bangsa itu ada nilai luhur yang mesti diwariskan oleh generasi bangsanya. Mungkin saja, saat chatting sama anak-anak jaman sekarang, ya.. pakai bahasa gaul doank. Di saat kita ajak berbahasa Indonesia yang benar, eh malah di bilang terlalu formal dan gak asyik. Para guru bahasa Indonesia dewasa ini cukup kewalahan menangani kasus anak-anak didiknya yang tidak suka berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Memang tak salah berbahasa apapun itu. Sebab, bahasa itu hasil dari kecerdasan manusia dalam memahami dan memberikan simbol dan makna pada sesuatu dalam kehidupannya secara bebas. Tapi anehnya, saat ini banyak kosa kata yang disimpang-siurkan penyebutan dan pemaknaannya. Biasalah,..biar terlihat keren.
Chatting Ajang Penghinaan, Penipuan & Cybercrime lainnya
Anak-anak abg atau generasi muda kita yang baru seumuran jagung dan masih bau kencur itu sangat mudah tertarik dengan dunia chatting sama siapa aja. Seolah dalam hal chatting SKSD (sok kenal sok dekat) itu mesti ada biar cepat dapat kenalan dan direspon. Padahal ini, sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis mereka yang baru mulai tumbuh dan mengenali diri dan lingkungan sosial. Akibat keseringan chatting via cyber, dia cenderung tertutup dan terasing dari dunia realitanya (kehidupan nyata). Kita masih ingat berbagai kasus terjadi gara-gara chatting. Bunuh diri gara-gara dicemooh di dunia cyber. Atau penculikan dan pemerkosaan abg, anak dibawah umur gara-gara percaya dengan orang yang diajak chatting. Bahkan penipuan berkedok bisnis melalui media chatting jejaring sosial dan lainnya.
Chatting Bikin ilfeel
Istilah ilfeel (ilang feeling) alias hilang ingatan ini saya pinjam dari sahabat saya yang kebetulan baru kenal via chatting (cieeeileee…). Dunia chatting sangat akrab dengan curhat-curhatan. Itu lumrah terjadi apalagi kedua belah pihak itu sudah lama kenal dan saling berbagi informasi seputar diri dan kehidupannya. Kadang berbagi cerita baik suka dan duka. Kadang berbagi foto, video, file download, kartu ucapan di hari special dan lain-lainnya. Muncul rasa senang dan akrab antar pribadi. Itu adalah hal yang wajar terjadi. Bahkan tak jarang, kita temukan mereka secara diam-diam berpacaran jarak jauh. Namun, sayangnya, tak jarang pula akibat ketidakjelian dan terlalu percaya dengan orang yang membuat dirinya kagum itu, mereka dikecewakan, lupa diri, ilfeel, sehingga lepas kontrol diri. Seolah-olah, dirinya tak ada gunanya di dunia ini. Padahal, pikiran dan perasaan jiwanya aja yang larut dan hanyut dalam buaian fantasi asmara yang tercipta dalam proses chatting. Ini biasa terjadi dan dialami oleh para gadis yang terobsesi mendapatkan pacar via cyber. Sebaliknya, para cowok-cowok yang jail dan isenk, dengan santainya mempermainkan perasaan para gadis yang telah terbuai dengan kata-kata fantastis, romantis dan puitis itu.
Chatting itu Curhat ya ?
Nih, judul item yang agak aneh. Udah tau chatting itu curhat kok bertanya lagi. Eh, jangan salah. Gak semua hal dalam kehidupan kita curhatkan kepada orang lain. Terutama perihal yang sangat pribadi dan privasi, tidak mudah seseorang boleh tahu soal itu. Namun, berhati-hatilah dengan kata-kata yang meluluhkan dan mengelabuhi pikiran dan perasaan. Jika sudah muncul rasa percaya dan kagum pada perkataan seseorang, semuanya mau dicurhatkan. Padahal kita tidak tahu apa maksud dibalik keingintahuan orang itu tentang hal pribadi kita. Memang positive thinking itu baik, namun jangan disalahtempatkan pada orang yang belum terlalu jelas identitasnya. Alasan bersikap begitu, demi kebaikan diri dan orang lain. Dan keterbatasan dunia cyber, saya memahami dunia cyber itu terbatas karena tidak mampu menjangkau sisi dan dimensi tertentu pada kehidupan manusia.
Saran buat kita
- Ucapkanlah salam,/sapaan sebelum chatting dengan seseorang
- Mintalah izin untuk chatting, jika tidak diizinkan jangan memaksa. Sebab masing-masing orang ada kesibukannya dan terkadang tidak mau diganggu dengan chatting.
- Chatting dengan siapa saja boleh, asalkan selidiki dulu asal-usul seseorang itu.
- Tidak mudah percaya dengan orang asing (orang yang identitasnya belum jelas).
- Belajarlah menggunakan bahasa yang baik, meski tidak berbahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi tetap menjaga kesopanan, keramahan dalam berkata-kata saat chatting.
- Jangan berbicara terlalu berbelit-belit dengan seseorang yang sudah kita kenal, seperti teman, sahabat, keluarga. Kecuali jika orang itu belum terlalu dikenal.
- Rahasiakan identitas pribadi kamu, jika pertama kali chatting sama orang yang belum kamu ketahui identitasnya.
- Biasakan juga chatting di-room forum atau publik sebagai aktialisasi diri dalam berkomunikasi dengan berbagai orang.
- Jangan menjadi orang lain ketika anda ingin berkenalan dengan seseorang via chatting, kecuali guna menyelidiki kebenaran kata-kata dan asal-usulnya orang itu.
- Tidak berlebihan dalam menyikapi setiap pembicaraan dalam chatting.
- Chatting-lah dengan pembicaraan yang bermanfaat dan berguna dalam menambah wawasan ilmu dan informasi meskipun terkadang kita mesti beradaptasi dan memahami karakter seseorang yang cenderung bercanda dan bicara kosong.
- Aturlah jadual kesepakatan chatting kamu dengan seseorang, atau teman-teman kamu jika kalian chatting dengan memakan waktu lama.
Pontianak,21 April 2012
Pemulung Inspirasi
0 comments:
Post a Comment