Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Thursday 12 April 2012

Jangan Seperti Lilin



Lilin adalah satu di antara produk minyak bumi. Biasa dipasang ketika listrik padam. Atau sengaja memasang lilin di meja makan agar terkesan romantis bagi dua sejoli atau keluarga di rumah. Atau umumnya digunakan untuk upacara atau perayaan agama dan kepercayaan tertentu. 

Ibarat Lilin meleleh
Sahabat pasti tau, bagaimana cara kerja lilin sehingga bisa tetap hidup dan menerangi ruangan kita ?...Ya…benar. sistem pembakaran sumbu dan lilin. Sumbu yang terbalut dalam balutan lilin dibakar lalu api itu memanasi lilin, saat itu juga lilin menjadi bahan pembakar, namun lilin meleleh hingga habis. Kemudian api pun padam.

Apa hubungannya dengan kehidupan?..
Lilin bukan sekedar alat penerang sementara. Namun lilin itu adalah simbol sebuah kehidupan. Ada beragam versi dalam memaknai symbol lilin ini. 

Filosofis Lilin
Versi pertama, Lilin itu ibarat batas usia kehidupan di dunia. Selama “sang lilin” hidup menerangi ruang dan waktu, selama itulah batas hidupnya. “Sang lilin” dimaksudkan sebagai cahaya kehidupan yang kita peroleh di dunia. Jadi sifatnya sementara. Cahaya itu adalah hasil kerja keras kita membakar usia dan masa hidup tapi sayang ia hanya menghabiskan waktunya untuk mencari kehidupan yang sifatnya sementara yakni kehidupan dunia.

Versi kedua, Lilin itu bisa jadi seperti sifat manusia yang suka mengalah & bermental lemah. Jangan sampai seperti lilin yang meleleh, membakar diri dengan sia-sia untuk menerangi orang lain disekitarnya. Ia mengorbankan dirinya demi orang lain. Sepintas itu sangat terpuji. Tapi jika orang lain lebih diutamakan ketimbang dirinya, sama saja ia membakar diri sendiri, menganiaya diri sendiri. Orang lain asyik dan merasa nyaman dengan keberadaan (eksistensi) dirinya yang jenius, pintar dan brilian. Namun sayang, ia diperalat, diperbudak, dimanfaatkan bahkan dicuri ilmunya oleh orang lain, ia tertipu dengan sanjungan dan pujian orang lain. Ia tidak sedikitpun mendapatkan keuntungan dari jerih payahnya, pengorbanan dirinya. Hanya kelelahan, kesengsaraan dan kehancuran dirinya yang ia peroleh.
Kalau begitu kita mesti jadi apa?...

Jadilah Lentera Hidup
Jadi seperti lentera, yaaah…sama aja dengan lilin. Tetap aja pakai bahan bakar minyak. Lentera yang dimaksudkan disini bukan lentera berbahan bakar minyak. Tapi lentera hidup yang terus hidup. “Mana ada yang begitu”. Jika berpikir dengan logika memang itu jawaban yang terlintas dibenak ini. Namun ketika mencoba menyelami alam metafisika maka makna dan substansi yang didapat. Bukankah itu yang terpenting dari sebuah simbol kehidupan?... “Lentera” ini hanyalah istilah konotatif bukan denotatif. Kita mesti menjadi “lentera” kehidupan dan menjaga diri agar tetap bercahaya dengan “bahan bakar” kecerdasan ilmu, keimanan & keikhlasan berbuat untuk Tuhan semata. Niscaya, “lentera” akan hidup selamanya, meski dunia ini telah redup dan mati. 

Pemulung Inspirasi

0 comments:

Crocodile Print Pointer