Bicara soal casing, so pasti kamu mikir casing handphone, casing komputer, body motor dan mobil terkeren, atau bagian terluar yang menutupi dan memperindah alat-alat mesin berteknologi canggih lainnya. Beragam warna dan desain casing ditawarkan di counter-counter atau toko-toko. Ganti casing ya…ganti penampilan dan tampil gaya biar terlihat keren dan trendy. Tapi apa gak boros duit tuh?...casing-nya kan masih bagus. Namanya juga anak muda supergaul, gengsi donk make casing itu-itu melulu. Hahay gengsi nih ye..
Taukah kamu, ternyata hampir semua benda materi di dunia ini punya casingnya masing-masing. Mulai dari benda mati hingga makhluk hidup. Makhluk hidup dipecah lagi, yakni mikroorganisme dan makroorganisme.
Sebenarnya istilah casing hanya dikenal di dunia teknologi. Namun zaman semakin canggih, istilah teknologi lambat laun akan mengalamai perkembangan dan bisa digunakan untuk memahami hal lainnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa, bahasa merupakan symbol yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu dalam kehidupannya. Jadi wajar jika bahasa selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia itu sendiri.
Casing, hampir semua orang di dunia terpukau dengan tampilan casing suatu benda. Mulai dari barang aksesoris hingga barang mewah seperti mobil dan lainnya. Kecanggihan desain casing (body) hasil karya reka bentuk menjadikan barang/benda itu terkesan mahal dan berharga di pasaran. Berbagai produk teknologi yang sangat peduli dengan desain luarnya (casing) di samping keunggulan dan kecanggihan teknologi yang ditawarkan.
Transformasi Casing
Penulis mencoba mentransformasi istilah casing ke istilah biologis. Casing itu tubuh, jasad, body. Bentuk dari luar yang tampak indah dan sempurna. Bicara soal “casing diri” tentulah sangat erat kaitannya dengan anatomi manusia secara fisik. Mengapa perkara ini penting untuk dibahas?...karena, banyak manusia itu bagaikan “kacang yang lupa kulitnya”, ia melupakan jati dirinya sebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan. Ia lupa kekuatan besar telah membentuk “casing dirinya” (baca: tubuh) dan itu melekat pada kepribadiannya dan spirit dirinya.
Casing Manusia
Banyak manusia terkecoh dan tertipu dengan tampilan luar (kulit) manusia lainnya. Karena wajah cantik atau tampan layaknya selebritis, manusia sering lupa diri bahkan ada yang lupa segalanya. Dengan alasan lupa inilah seseorang sering melindungi dirinya dengan kelemahan dasar manusiawi. Agar orang lain dapat memaklumi kelupaan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dengan alasan lupa itu, kesalahan yang ia lakukan menjadi sulit dideteksi dan ia pun sulit diintrogasi.
“Casing” juga bisa berkonotasi sebagai “topeng” manusia. Manusia sering tampil di khalayak publik dengan tampilan bukan dirinya yang sebenarnya. Ia memakai “topeng” jabatan, kekuasaan, kekayaan materi agar orang lain menghormatinya dan menganggap dirinya dermawan dan orang besar. Padahal dibalik itu, ia secara ambisi dan rakus melahap uang rakyat (jadi koruptor), berbohong (menggumbar janji palsu), selingkuh, mafia hukum, dan berhati licik.
Tulisan ini, sepertinya terkesan mendeskreditkan para pejabat negeri ini dan curiga/negative thingking. Namun penulis tidak bermaksud demikian. Penulis hanya melakukan prediksi terburuk agar kita jangan mudah percaya kepada seseorang yang belum kita kenali kepribadiannya secara menyeluruh. Artinya kita boleh-boleh saja mengagumi sikap, prilaku dan tutur katanya, namun jika kita tidak jeli, kita bisa tertipu dengan “casing” itu. Kadang seseorang bisa tersamar identitas dan kepribadiannya akibat sikap sandiwara (acting) yang dimainkan dalam berinteraksi di masyarakat.
“Casing” yang menipu
Berhati-hatilah jika bertemu dengan seorang psikopat (berkepribadian ganda). Penulis pernah bertemu dengan seseorang yang psikopat tersebut. Awal pertemuan dan perkenalan, penulis melihat dan menyaksikan secara penampilan, prilaku dan tutur katanya sangat mengesankan dan membuat penulis berbaik sangka (positif thingking) dengannya. Seseorang psikopat ini ternyata bisa mudah ramah dengan siapapun, meskipun terkadang ia suka melamun dan terlihat aneh dan suka berbohong. Karena penulis dididik dalam lingkungan yang menghormati nilai tata karma dan berbuat baik dengan orang lain, maka penulis mencoba memberikan kepercayaan kepada teman baru ini.
Teman ini (seorang psikopat) memang mengakui bahwa dirinya baru bebas dari lapas (penjara) akibat dituduh seseorang. Penulis dan kawan-kawan awalnya mempercayainya. Apalagi ia berkata ingin memperbaiki diri dan bertobat. Ia ingin mencari pekerjaan yang ada tempat tinggalnya dan untuk makan hari-hari. Ia mengaku berasal dari luar provinsi dan pergi merantau sendirian ke kota kami. Penulis dan kawan-kawan merasa iba dengan cerita yang diungkapkannya. Kamipun mengizinkannya untuk bermalam selama 2 malam di tempat kami sementara ia belum mendapatkan pekerjaan. Kami juga menyediakan makanan dan minuman untuknya, mempersilakan mandi dan meminjamkan kain sarung untuk ia sholat.
Kami sangat senang melihatnya ikut shalat berjamaah. Namun di siang harinya waktu shalat dzuhur, semua orang sedang shalat berjamaah. Si teman (psikopat) itu memang agak telat mandi dan kami segera meninggalkannya di tempat kost kami. Ternyata kami tidak menyadari, si teman itu membawa kabur 2 buah handphone dan sebuah motor baru punya teman saya. Sungguh pengalaman yang menjadi pelajaran. Di zaman serba sulit ini tidak mudah memberikan kepercayaan kepada seseorang yang baru kita kenal, jika kita tidak ingin menjadi korban dan merasa dirugikan. Maka dari itu WASPADALAH !!!...
Seorang psikopat itu, hidupnya seperti mayat hidup (zombie). Ia menipu dirinya sendiri, ia merasa bangga bisa berbuat curang, kejahatan lainnya. Kadang ia selalu dihantui oleh kesalahan dan dosanya. Itu membuat dirinya tersiksa, namun di sisi lain ia terus berbuat kejahatan, merugikan orang lain demi meraih kepuasan hidupnya. Casing yang ia pakai memang casing manusia tapi dirinya bukanlah lagi manusia, ia telah merubah dirinya menjadi setan terlaknat.
0 comments:
Post a Comment