Berbagi Inspirasi Hidupku

Memahami bahasa alam dan kehidupan

Monday, 1 July 2013

Kemarau Tiba, Asap pun Mengepul (Suara Kegelisahan Untuk Negeri ini)



Masalah Serius dianggap Sepele
Entah kata-kata apalagi yang terucap untuk menghentikan mereka yang membuka lahan baru dengan cara pembakaran hutan. Apakah tidak ada cara lain selain pembakaran?....sebagian petani awam beranggapan bahwa cara ini sangat praktis dibandingkan dengan penebangan pohon. Namun, realitanya oknum yang notabene punya pendidikan tinggi dan punya jabatan ternyata ikut-ikutan melegalkan dan membiarkan cara tersebut. Ribuan hektar hutan hangus terbakar, asap yang ditimbulkan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Polusi udara akibat kabut asap yang berkepanjangan di musim kemarau membuat sesak siapa saja. Paru-paru dunia semakin hari semakin parah. Gerakan reboisasi, kampanye cinta alam dan aksi peduli hutan lainnya belum sebanding dengan kerusakan hutan yang dilakukan oleh tangan-tangan nista di negeri ini.
Apakah menunggu bencana yang lebih dahsyat lagi yang akan menimpa negeri ini untuk menghentikan perilaku pengrusakan hutan dan polusi udara?...

Apa yang terbersit dipikiran segelintir orang-orang itu, mereka sangat egois. Tidak peduli akibat yang bakal menimpa diri dan keluarganya. Tidak memikirkan keresahan dan kesengsaraan orang lain di sekitarnya. Apalagi untuk memikirkan bangsanya sendiri. Ia merasa perbuatannya itu tidak terlalu berdampak apa-apa yang penting dirinya aman dan dan nyaman.

Dampak dari Kebakaran Hutan dan Kerusakan Alam sekitar
1.       Kerusakan habitat dan ekosistem spesies hayati (tumbuhan dan hewan)
2.       Pencemaran /Polusi Udara akibat asap beracun
3.       Penyebaran Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
4.       Pemanasan Global dilapisan ozon mengakibatkan iklim dan cuaca ekstrim
5.       Banjir bandang dan tanah longsor

Hal tersebut dapat mengancam dan membahayakan kenyamanan dan keamanan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Semua manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan bisa hidup dan bertahan lama jika kondisi alam lingkungan tempat hidup tersebut rusak dan berbahaya. Sudah semestinya manusia yang dianugerahi akal dan hati nurani bisa berpikir dan bertindak sebagai penyelamat dan pelestari alam sekitar bukan malah sebaliknya merusak sekehendak hati tanpa menghiraukan dampak buruk yang telah disebutkan di atas. “Ya…jika terkena orang lain, bagaimana jika dampak buruk itu menimpa diri, anak, istri dan keluarganya sendiri?...masihkah ia berbuat semaunya membabat dan membumihanguskan hutan lebat nan sejuk di negerinya sendiri?...
(INI ADALAH PERTANYAAN BESAR DAN PENTING BAGI KITA SEMUA, DAN BUKAN CUMA JAWABAN KATA-KATA MANIS DI BIBIR, YANG PASTI ADALAH BUKTI SIKAP DAN PRILAKU MENJAGA DAN MELESTARIKAN ALAM).


Kesadaran Masyarakat Vs Kepedulian Pemerintah
Dalam kasus seperti ini, masyarakat dikambinghitamkan. Masyarakat yang telah cukup dengan penderitaan dan kesengsaraan dalam hidupnya malah disalahkan. Memang benar, selama ini kesadaran sebagian masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan mulai menurun. Apakah pemerintah tau, mengapa masih ada masyarakat yang tidak taat atau melanggar hukum dinegeri ini, yakni menebang dan membakar hutan secara membabibuta?... lalu, apa yang sudah dilakukan Pemerintah dalam mengantisipasi agar tidak terjadi kebakaran lahan?..., umumnya masyarakat kita menilai pemerintah lamban dalam hal ini. Sudah terjadi kebakaran hutan ribuan hektar di Propinsi Riau dan asapnya merebak ke negara Singapura dan Malaysia, barulah bertindak. Sangat disayangkan.

Beberapa pertanyaan berikut diajukan kepada pemerintah, dan ini adalah gambaran keraguan yang ada pada sebagian masyarakat kita terhadap kinerja pemerintah:
1.       Apakah sistem pengawasan hutan yang telah dilakukan selama ini telah maksimal dan baik?....
2.       Apakah pemerintah pusat dan daerah sudah turun langsung meninjau, melihat dan membantu masyarakat dalam penyuluhan pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan hutan secara baik?...
3.       Apakah peninjauan dan penyuluhan tersebut telah dilakukan secara berkesinambungan dan masyarakat merasakan manfaat dari program pemerintah itu?

Namun, fakta yang masih terjadi di masyarakat adalah:

1.       Hutan semakin berkurang, akibat eksploitasi besar-besaran di masa lampau dan hingga kini kualitas dan kuantitas jenis tanaman kayu semakin menurun dan langka.
2.       Terjadi banjir bandang, tanah longsor dan gempa meluluhlantakkan pemukiman dan rumah-rumah masyarakat.
3.       Hal tersebut terjadi berulang kali, kebanyakan pemerintah berdalih dan mengalihkan perhatian masyarakat pada kondisi iklim dan cuaca ekstrim di dunia (Global Warming/Pemanasan Global) yang terjadi,dikatakan wilayah Indonesia berada pada barisan retakan bumi sehingga mudah terjadi bencana gempa dan lain sebagainya.

Ada kekhawatiran kita tentang keseriusan pemerintah dalam menangani, menanggulangi segala dampak buruk yang kerap terjadi di negeri yang kita cintai ini. Sebab, alasan klasik sering terlontar di bibir para pemegang kekuasaan negeri ini, yaitu persoalan  dana/biaya negara yang masih terbatas. Sehingga, masyarakat diminta untuk sabar dan bersikap bijak terhadap masalah yang terjadi dinegeri ini. Sementara kasus terbesar dan terparah di negeri ini adalah korupsi para elit pejabat pemerintah. Sangat memalukan dan tragis. Dana/uang rakyat dimakan oleh mereka yang lebih rakus dari tikus. Sehingga belanja negara terkuras hanya untuk kasus-kasus segelintir orang. Rakyat kita sudah cukup sabar dan bijak, tapi pada kenyataannya hak-hak rakyat juga yang disambar dan diinjak.

Ketegasan Pemerintah
Untuk apa undang-undang tentang pemeliharaan lingkungan dibuat, jika masih terjadi pembalakan liar dan pembakaran hutan?...
Masyarakat dari berbagai kalangan mengharapkan ketegasan dari pemerintah dalam mengantisipasi biar tidak lagi terjadi pembakaran dan kebakaran hutan di negeri ini. Namun, kenyataannya ketika telah terjadi kebakaran dan pencemaran udara serta korban berjatuhan dari masyarakat  barulah pemerintah bergegas dan bertindak.
Mungkin para pejabat dan pemegang kekuasaan di sana punya kesibukan lain yang lebih penting dan genting dibandingkan dengan kasus yang menimpa rakyat di negeri ini. Maklum, kebanyakan mereka adalah para elit politik yang sibuk dalam carut-marut perpolitikan di negeri ini. Sibuk mengurus pencalonan dirinya, kampanye parpol terselubung, menjelang Pemilu 2014.

Di sisi lain, Pencapaian Program Pemerintah untuk Rakyat
Memang kita acungi jempol untuk Presiden yang mencanangkan program pro rakyat baru-baru ini. Seperti:  Sekolah Gratis, raskin, Jamkesmas dan Jamkesda, PNPM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-lain.
Namun semua itu, tidak menutup kemungkinan dapat membuka pintu korupsi penyaluran dana pada titik-titik tertentu. Tidak mudah bagi masyarakat bawah memantau dan mengetahui hal tersebut. Meskipun disebutkan: jika ada penyimpangan segera laporkan ke Presiden via SMS ke 9949 / PO BOX. 9949  JKT 10.000
Sementara itu, pasca kenaikan harga BBM, harga sembako melonjak naik. Masyarakat bawah semakin menderita. Meskipun ada kebijakan dari Pemerintah berupa Bantuan Langsung Sosial Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, masih saja ada masyarakat yang belum terdata sebagai  penerima bantuan seperti dana tunjangan sosial dan rakyat miskin. Selain itu, masih ada daerah yang belum mendapatkan penyuluhan khususnya daerah pedalaman, desa terpencil, perbatasan Indonesia-Malaysia, masih banyak sekolah-sekolah yang nyaris roboh, dan beberapa permasalahan di lapangan lainnya.  Seakan-akan terabaikan dan luput dari sorotan kita.
Tolong dengar dan Peduli Suara Kami
Kami selaku rakyat yang masih setia pada tanah air ini, sangat berharap bantuan dan kepedulian dari Pemerintah baik Pusat hingga daerah untuk langsung meninjau, melihat  dan jika perlu ikut merasakan bagaimana rasanya hidup di tengah kesulitan ekonomi, mengandalkan alam semula jadi, kesehatan yang buruk, anak-anak putus sekolah, masa depan kami yang hampir sirna oleh kekecewaan, amarah dan keputusasaan terhadap ketidakadilan penguasa di negeri ini.
Jadi,… salahkah sebagian kami ada yang lebih memilih pindah ke negara tetangga Malaysia, ketika mereka tidak tahan dengan penderitaan hidup di daerah perbatasan?... Salahkah kami, ketika sebagian kami lebih mengenal negara tetangga daripada negara sendiri, ketika kami merasa nyaman dan mudah ketika mencari nafkah dan penghidupan di seberang sana?...dan salahkan kami, disaat kami terpaksa membuka lahan dengan cara dibakar karena mendapat upah dari pihak tertentu dan upah itu sebagai bagian dari mata pencaharian kami untuk bertahan hidup?...
Ada apa dengan Tapal Batas dan Pedalaman?...
Kami tidak mau mendengar dalih dan alasan sebagian pejabat dan elit politik yang mengatakan: “Oh…daerah perbatasan dan pedalaman itu sangat sulit ditempuh dan memakan biaya transportasi yang besar”. Lantas, sudah tau sulit ditempuh karena kondisi alamnya yang berbukit dan terjal, mengapa tidak segera dibangun akses dan sarana transportasi yang baik di sana?...sehingga masyarakat setempat dapat dengan mudah memanfaatkan akses jalan sebagai transportasi perekonomian mereka. Dan jangan sampai karena alasan ketidakpastian menentukan anggaran dana baik dari pusat dan daerah untuk membangun kesejahteraan masyarakat wilayah terpencil itu jadi terbengkalai. Ada kecurigaan sebagian masyarakat kita yang menduga kalau persoalan tapal batas itu sengaja dibiarkan karena ada kepentingan politik di sana. Benarkah demikian?...,entahlah. Padahal wilayah tersebut adalah beranda negeri kita, apa tidak malu dengan Malaysia yang berhasil membangun dan menata wilayah beranda negaranya?... Bukan itu saja, kepulan asap sisa kebakaran hutan ribuan hektar di propinsi Riau ikut “hijrah” ke negeri jiran Malaysia. Kini Malaysia ikut menanggung dampak buruk dari kabut asap di udara. Sangat ironis.
Tolong dengar dan peduli suara kami wahai pemegang kekuasaan di negeri ini, ingatlah bahwa ada yang lebih berkuasa atas diri dan negerimu ini, mudah saja Dia menghukum dirimu dan bangsamu dengan bencana akibat ulahmu sendiri. Amanahmu akan kau pertanggung jawabkan di depan mahkamah tertinggi dunia akhirat yakni Tuhan pemilik dirimu dan alam semesta.

Bekut, 24 juni 2013 M. (16 Sya’ban 1434 H.)
Satria Marali





0 comments:

Crocodile Print Pointer