Masalah Serius dianggap Sepele
Entah
kata-kata apalagi yang terucap untuk menghentikan mereka yang membuka lahan
baru dengan cara pembakaran hutan. Apakah tidak ada cara lain selain
pembakaran?....sebagian petani awam beranggapan bahwa cara ini sangat praktis
dibandingkan dengan penebangan pohon. Namun, realitanya oknum yang notabene
punya pendidikan tinggi dan punya jabatan ternyata ikut-ikutan melegalkan dan
membiarkan cara tersebut. Ribuan hektar hutan hangus terbakar, asap yang
ditimbulkan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Polusi udara akibat
kabut asap yang berkepanjangan di musim kemarau membuat sesak siapa saja.
Paru-paru dunia semakin hari semakin parah. Gerakan reboisasi, kampanye cinta
alam dan aksi peduli hutan lainnya belum sebanding dengan kerusakan hutan yang
dilakukan oleh tangan-tangan nista di negeri ini.
Apakah
menunggu bencana yang lebih dahsyat lagi yang akan menimpa negeri ini untuk
menghentikan perilaku pengrusakan hutan dan polusi udara?...
Apa
yang terbersit dipikiran segelintir orang-orang itu, mereka sangat egois. Tidak
peduli akibat yang bakal menimpa diri dan keluarganya. Tidak memikirkan
keresahan dan kesengsaraan orang lain di sekitarnya. Apalagi untuk memikirkan
bangsanya sendiri. Ia merasa perbuatannya itu tidak terlalu berdampak apa-apa
yang penting dirinya aman dan dan nyaman.
Dampak dari Kebakaran Hutan dan Kerusakan
Alam sekitar
2.
Pencemaran /Polusi Udara akibat asap beracun
3.
Penyebaran Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)
4.
Pemanasan Global dilapisan ozon
mengakibatkan iklim dan cuaca ekstrim
5.
Banjir bandang dan tanah longsor
Hal tersebut dapat mengancam
dan membahayakan kenyamanan dan keamanan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya di muka bumi. Semua manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan bisa
hidup dan bertahan lama jika kondisi alam lingkungan tempat hidup tersebut
rusak dan berbahaya. Sudah semestinya manusia yang dianugerahi akal dan hati
nurani bisa berpikir dan bertindak sebagai penyelamat dan pelestari alam
sekitar bukan malah sebaliknya merusak sekehendak hati tanpa menghiraukan
dampak buruk yang telah disebutkan di atas. “Ya…jika terkena orang lain, bagaimana jika dampak buruk itu menimpa
diri, anak, istri dan keluarganya sendiri?...masihkah ia berbuat semaunya
membabat dan membumihanguskan hutan lebat nan sejuk di negerinya sendiri?...
(INI ADALAH PERTANYAAN BESAR DAN PENTING BAGI KITA SEMUA, DAN BUKAN
CUMA JAWABAN KATA-KATA MANIS DI BIBIR, YANG PASTI ADALAH BUKTI SIKAP DAN
PRILAKU MENJAGA DAN MELESTARIKAN ALAM).
Kesadaran Masyarakat Vs Kepedulian
Pemerintah
Dalam
kasus seperti ini, masyarakat dikambinghitamkan. Masyarakat yang telah cukup
dengan penderitaan dan kesengsaraan dalam hidupnya malah disalahkan. Memang
benar, selama ini kesadaran sebagian masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan mulai menurun. Apakah pemerintah tau, mengapa masih ada masyarakat
yang tidak taat atau melanggar hukum dinegeri ini, yakni menebang dan membakar
hutan secara membabibuta?... lalu, apa yang sudah dilakukan Pemerintah dalam
mengantisipasi agar tidak terjadi kebakaran lahan?..., umumnya masyarakat kita
menilai pemerintah lamban dalam hal ini. Sudah terjadi kebakaran hutan ribuan
hektar di Propinsi Riau dan asapnya merebak ke negara Singapura dan Malaysia,
barulah bertindak. Sangat disayangkan.
Beberapa
pertanyaan berikut diajukan kepada pemerintah, dan ini adalah gambaran keraguan
yang ada pada sebagian masyarakat kita terhadap kinerja pemerintah:
1.
Apakah sistem pengawasan hutan yang telah
dilakukan selama ini telah maksimal dan baik?....
2.
Apakah pemerintah pusat dan daerah sudah turun langsung
meninjau, melihat dan membantu masyarakat dalam penyuluhan pentingnya
pemeliharaan dan pemanfaatan hutan secara baik?...
3.
Apakah peninjauan dan penyuluhan tersebut telah
dilakukan secara berkesinambungan dan masyarakat merasakan manfaat dari program
pemerintah itu?
Namun, fakta yang masih
terjadi di masyarakat adalah:
1.
Hutan semakin berkurang, akibat eksploitasi
besar-besaran di masa lampau dan hingga kini kualitas dan kuantitas jenis
tanaman kayu semakin menurun dan langka.
2.
Terjadi banjir bandang, tanah longsor dan gempa
meluluhlantakkan pemukiman dan rumah-rumah masyarakat.
3.
Hal tersebut terjadi berulang kali, kebanyakan
pemerintah berdalih dan mengalihkan perhatian masyarakat pada kondisi iklim dan
cuaca ekstrim di dunia (Global Warming/Pemanasan Global) yang terjadi,dikatakan
wilayah Indonesia berada pada barisan retakan bumi sehingga mudah terjadi
bencana gempa dan lain sebagainya.
Ada kekhawatiran kita tentang
keseriusan pemerintah dalam menangani, menanggulangi segala dampak buruk yang
kerap terjadi di negeri yang kita cintai ini. Sebab, alasan klasik sering
terlontar di bibir para pemegang kekuasaan negeri ini, yaitu persoalan dana/biaya negara yang masih terbatas.
Sehingga, masyarakat diminta untuk sabar dan bersikap bijak terhadap masalah
yang terjadi dinegeri ini. Sementara kasus terbesar dan terparah di negeri ini
adalah korupsi para elit pejabat pemerintah. Sangat memalukan dan tragis. Dana/uang
rakyat dimakan oleh mereka yang lebih rakus dari tikus. Sehingga belanja negara
terkuras hanya untuk kasus-kasus segelintir orang. Rakyat kita sudah cukup
sabar dan bijak, tapi pada kenyataannya hak-hak rakyat juga yang disambar dan
diinjak.
Ketegasan Pemerintah
Untuk
apa undang-undang tentang pemeliharaan lingkungan dibuat, jika masih terjadi
pembalakan liar dan pembakaran hutan?...
Masyarakat
dari berbagai kalangan mengharapkan ketegasan dari pemerintah dalam
mengantisipasi biar tidak lagi terjadi pembakaran dan kebakaran hutan di negeri
ini. Namun, kenyataannya ketika telah terjadi kebakaran dan pencemaran udara
serta korban berjatuhan dari masyarakat barulah pemerintah bergegas dan bertindak.
Mungkin
para pejabat dan pemegang kekuasaan di sana punya kesibukan lain yang lebih
penting dan genting dibandingkan dengan kasus yang menimpa rakyat di negeri
ini. Maklum, kebanyakan mereka adalah para elit politik yang sibuk dalam
carut-marut perpolitikan di negeri ini. Sibuk mengurus pencalonan dirinya,
kampanye parpol terselubung, menjelang Pemilu 2014.
Di sisi lain, Pencapaian Program Pemerintah
untuk Rakyat
Memang
kita acungi jempol untuk Presiden yang mencanangkan program pro rakyat
baru-baru ini. Seperti: Sekolah Gratis, raskin,
Jamkesmas dan Jamkesda, PNPM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-lain.
Namun
semua itu, tidak menutup kemungkinan dapat
membuka pintu korupsi penyaluran dana pada titik-titik tertentu. Tidak
mudah bagi masyarakat bawah memantau dan mengetahui hal tersebut. Meskipun
disebutkan: jika ada penyimpangan segera
laporkan ke Presiden via SMS ke 9949 / PO BOX. 9949 JKT 10.000
Sementara
itu, pasca kenaikan harga BBM, harga sembako melonjak naik. Masyarakat bawah
semakin menderita. Meskipun ada kebijakan dari Pemerintah berupa Bantuan
Langsung Sosial Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, masih saja
ada masyarakat yang belum terdata sebagai
penerima bantuan seperti dana tunjangan sosial dan rakyat miskin. Selain
itu, masih ada daerah yang belum mendapatkan penyuluhan khususnya daerah
pedalaman, desa terpencil, perbatasan Indonesia-Malaysia, masih banyak
sekolah-sekolah yang nyaris roboh, dan beberapa permasalahan di lapangan
lainnya. Seakan-akan terabaikan dan
luput dari sorotan kita.
Tolong dengar dan Peduli Suara Kami
Kami
selaku rakyat yang masih setia pada tanah air ini, sangat berharap bantuan dan
kepedulian dari Pemerintah baik Pusat hingga daerah untuk langsung meninjau,
melihat dan jika perlu ikut merasakan
bagaimana rasanya hidup di tengah kesulitan ekonomi, mengandalkan alam semula
jadi, kesehatan yang buruk, anak-anak putus sekolah, masa depan kami yang
hampir sirna oleh kekecewaan, amarah dan keputusasaan terhadap ketidakadilan
penguasa di negeri ini.
Jadi,…
salahkah sebagian kami ada yang lebih memilih pindah ke negara tetangga
Malaysia, ketika mereka tidak tahan dengan penderitaan hidup di daerah
perbatasan?... Salahkah kami, ketika sebagian kami lebih mengenal negara
tetangga daripada negara sendiri, ketika kami merasa nyaman dan mudah ketika
mencari nafkah dan penghidupan di seberang sana?...dan salahkan kami, disaat kami
terpaksa membuka lahan dengan cara dibakar karena mendapat upah dari pihak
tertentu dan upah itu sebagai bagian dari mata pencaharian kami untuk bertahan
hidup?...
Kami
tidak mau mendengar dalih dan alasan sebagian pejabat dan elit politik yang
mengatakan: “Oh…daerah perbatasan dan pedalaman itu sangat sulit ditempuh dan
memakan biaya transportasi yang besar”. Lantas, sudah tau sulit ditempuh karena
kondisi alamnya yang berbukit dan terjal, mengapa tidak segera dibangun akses
dan sarana transportasi yang baik di sana?...sehingga masyarakat setempat dapat
dengan mudah memanfaatkan akses jalan sebagai transportasi perekonomian mereka.
Dan jangan sampai karena alasan ketidakpastian menentukan anggaran dana baik dari
pusat dan daerah untuk membangun kesejahteraan masyarakat wilayah terpencil itu
jadi terbengkalai. Ada kecurigaan sebagian masyarakat kita yang menduga kalau
persoalan tapal batas itu sengaja dibiarkan karena ada kepentingan politik di
sana. Benarkah demikian?...,entahlah. Padahal wilayah tersebut adalah beranda
negeri kita, apa tidak malu dengan Malaysia yang berhasil membangun dan menata
wilayah beranda negaranya?... Bukan itu saja, kepulan asap sisa kebakaran hutan
ribuan hektar di propinsi Riau ikut “hijrah” ke negeri jiran Malaysia. Kini
Malaysia ikut menanggung dampak buruk dari kabut asap di udara. Sangat ironis.
Tolong
dengar dan peduli suara kami wahai pemegang kekuasaan di negeri ini, ingatlah
bahwa ada yang lebih berkuasa atas diri dan negerimu ini, mudah saja Dia
menghukum dirimu dan bangsamu dengan bencana akibat ulahmu sendiri. Amanahmu
akan kau pertanggung jawabkan di depan mahkamah tertinggi dunia akhirat yakni
Tuhan pemilik dirimu dan alam semesta.
Bekut,
24 juni 2013 M. (16 Sya’ban 1434 H.)
Satria Marali
0 comments:
Post a Comment